Assalamualaikum Wr. Wb
Salam sejahtera bagi kita semua.
Bapak/Ibu pengurus FKB (Forum Kampung Bahasa) yang saya hormati dan saya muliakan.
Sebelumnya, saya memohon ijin kepada pengurus FKB yang terhormat ini, untuk memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Wendy Lesmana, teman-teman sering memanggil saya dengan sebutan Cindil. Kegiatan sehari-hari saya berjualan kopi di sebuah warung kecil, di Jl. Glagah, Mulyoasri, Kampung Inggris Pare, yang bernama Semeru Kopi. Kegiatan jualan Itu saya jalankan, sebelum adanya himbauan dari desa untuk mencegah penyebaran wabah covid-19, karena per tanggal 26 Maret 2020, warung saya tutup, sampai dengan menunggu aturan lebih lanjut dari desa.
Bapak/Ibu pengurus FKB yang kami hormati, kemarin saya menyimak dengan seksama video yang beredar tentang dukungan doa untuk FKB yang diistilahkan sebagai "Pengabdi Pendidikan Bahasa" , dimana terdiri dari elemen-elemen pendukung seperti kursusan, Tutor, warung-warung, pedagang kaki lima, pengusaha rental sepeda, Travel, Percetakan, Laundry, dan Toko Asongan.
Melihat video tersebut saya pribadi terharu, dan senang sekaligus. Saya bersyukur, karena baru kali ini kami dianggap menjadi bagian dari FKB, sebuah kumpulan dari orang-orang yang berpendidikan, bijaksana, dan diberi sebutan pengabdi pendidikan bahasa. Malu, karena saya mengganggap diri ini sebetulnya tak pantas apabila disandingkan dengan jenengan-jenengan semuanya--pengurus FKB--yang aktif siang dan malam memikirkan kemajuan pendidikan bahasa, khususnya pendidikan bahasa di Kampung Inggris Pare.
Ya, saya (barangkali mewakili tutor, tukang rental sepeda, tukang laundry, pemilik warung, pemilik toko asongan) memang merasa belum pantas jika disandingkan dengan pengurus-pengurus FKB yang terhormat seperti jenengan-jenengan. Maka kita dulu mafhum, jika tidak dilibatkan dalam rapat-rapat pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan,ataupun pemilihan oleh FKB di waktu-waktu sebelumnya.
Saya menyakini jenengan-jenengan ini memang orang pilihan, jenengan adalah contoh orang yang sudah selesai dengan materi atau hal yang berbau duniawi. Sehingga segala waktu, dan pikiran jenengan semua, jenengan fokuskan pada pendidikan. Disini kebijaksanaan jenengan terlihat, jenengan tidak ingin orang lain keganggu waktunya untuk memikirkan kemajuan pendidikan bahasa di kampung inggris kita tercinta, cukup di jenengan saja.
Para Bapak/Ibu pengurus FKB, pengabdi pendidikan bahasa yang terhormat, yang adil dan bijaksana. Saya yakin, pemikiran jenengan selalu adalah hasil dari kontempelasi yang panjang, yang ketika  mengambil kebijakan ataupun dalam membuat aturan selalu didasari dengan kemanusiaan.
Jadi, jika ada lembaga kursusan kecil yang mengeluh perihal aturan dan kebijaksanaan FKB, saya anggap mereka hanya belum mampu saja memahami lompatan berfikir jenengan-jenengan ini. Nasib kursusan kecil yang terseok-seok (baca: hidup segan mati tak mampu), barangkali sudah jenengan pikirkan cara membantunya, hanya saja pikiran kita yang terlampau bebal ini sulit untuk menjangkaunya. Karena premis pengabdi pendidikan tentu sudah melampaui hal-hal yang berbau keduniawian, apalagi penimbunan kekayaan.
