Mohon tunggu...
cindelaras 29
cindelaras 29 Mohon Tunggu... -

Makhluk kurus kecil yang lahir pada 29 Mei 1983 itu menangis kedinginan. Oleh kedua Orang Tuanya, jabang bayi yang masih merah itu diberi nama Cindelaras. **Salam kenal untuk: Pilot, Co Pilot & Crew serta seluruh penumpang pesawat luar angkasa KOMPASIANA. Assalamualaikum WW**

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reshuffle Bukan Barang Mahal

5 Juli 2015   12:14 Diperbarui: 5 Juli 2015   12:17 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika diterjemahkan secara bebas, reshuffle hanyalah merupakan suatu perubahan susunan atau mengocok kembali sesuatu yang pernah terbentuk. Dengan demikian, issue reshuffle kabinet yang sedang mengemuka bukanlah sesuatu yang mahal , pelik dan harus menjadi heboh.

Mengenai reshuffle, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama bahkan sudah berkali-kali mereshuffle kabinetnya (para Kepala Dinas), yang bertindak selaku pembantu kinerja Gubernur. Ahok, yang dikenal sebagai pejabat yang tegas trengginas itu tak segan-segan merombak dan atau mengganti para Kepala Dinas yang dianggap majal, tak kredibel dan tak memiliki integritas.

Adalah hak seorang pimpinan, apakah itu Presiden, Gubernur, atau Direksi sebuah perusahaan, untuk merombak jabatan orang-orang yang dipimpinnya manakala terjadi ketidaksesuaian dalam hal pencapaian suatu target. Lebih cepat lebih baik, sebab segala sesuatu yang dianggap statis diharapkan dapat segera berubah menjadi dinamis.

Bagaimana dengan issue reshuffle Kabinet Kerja Jokowi?

Hasil survei yang  berkorelasi dengan himbauan masyarakat agar Jokowi merombak Kabinet, sesungguhnya sudah berlangsung lama. Sementara,  Jokowi akan selalu menjawab:

"Kinerja para menteri selalu dievaluasi!"

Lantas, siapa saja yang perlu direshuffle?

Kita serahkan saja kepada yang empunya hak. Akan tetapi, setidaknya publik punya referensi, kriteria seperti apa yang masuk ke dalam kategori Menteri yang perlu direshuffle. Referensi itu antara lain:

- Menteri yang tampak gagap, loyo serta tak memiliki visi yang jelas.

- Menteri yang tak tahu harus berbuat apa ketika rakyat berteriak kesulitan air bersih demi memenuhi hajat hidupnya.

- Menteri yang lebih memilih untuk memberikan bebas visa kepada turis dari pada menggali potensi wisata atau mengembangkannya.

- Menteri yang berboros ria dengan memberikan keringanan uang muka pembelian mobil bagi para pejabat.

- Menteri yang justru menimbulkan polemik hukum serta tak mampu menjaga etika bicara di depan publik.

 - Dst.

Intinya, para menteri yang tak mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteran rakyat sebaiknya dibuang saja. Jangan sampai menimbulkan kesan bahwa keberadaan para pembantu Presiden itu hanya merupakan sekumpulan manusia yang tak paham dengan tugasnya. Kalaupun ada perubahan, jangan sampai yang tampak hanyalah perubahan tubuh para menteri yang bertambah gemuk saja.

- Materi pendukung tulisan ini dikutip dari berbagai sumber.

- Selamat berhari Minggu Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun