Mohon tunggu...
cindelaras 29
cindelaras 29 Mohon Tunggu... -

Makhluk kurus kecil yang lahir pada 29 Mei 1983 itu menangis kedinginan. Oleh kedua Orang Tuanya, jabang bayi yang masih merah itu diberi nama Cindelaras. **Salam kenal untuk: Pilot, Co Pilot & Crew serta seluruh penumpang pesawat luar angkasa KOMPASIANA. Assalamualaikum WW**

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

LPG 12 Kg Naik Pengguna LPG 3 Kg Panik

9 Januari 2015   15:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau gas minyak bumi yang dicairkan ukuran 12 kg naik. Alasannya? Lagi-lagi, alasan seperti masa lampau atau zaman baheulak alias alasan klasik: Pertamina merugi. Naiknya LPG 12 kg, bahan bakar yang katanya jauh lebih murah dibanding bahan bakar minyak (BBM) lainnya, selalu menyisakan masalah bagi masyrakat bawah, masyarakat pengguna LPG 3 kg yang rata-rata tergolong kurang mampu.

Menurut temuan BPK, Pertamina rugi 7,7 trilyun karena harga LPG 12 kg (non subsidi) ditengarai sebagai terlalu rendah. Tidak dijelaskan lebih lanjut, apakah ada penyebab lain (korupsi dst), sebagai bentuk penyelidikan menyeluruh BPK.

Masalahnya, setiap kali LPG 12 kg naik, setiap kali itu pula LPG ukuran 3 kg menghilang di pasaran. Mengenai hal ini, Kamis 8 Januari '15, Menteri ESDM Sudirman Said berkata ringan:

"Kelangkaan LPG 3 kg merupakan fenomena biasa dan bersifat temporer bla ... bla ... bla ........"

Cukupkah seorang menteri hanya mengatakan demikian?

Bandingkan dengan kemarahan ibu-ibu rumah tangga di daerah Cianjur Jawa Barat, yang membuang tabung-tabung 3 kg itu ke sungai.

"Udah mahal, barangnya langka! Lebih baik dibuang aja! Untuk apa? Mendingan kembali pakai kayu bakar kalau begini." ujar salah satu ibu rumah tangga,

Pemandangan seperti itu seharusnya tak perlu terjadi. Sebagai bentuk tanggung jawab, seorang menteri mustinya mampu mengantisipasi kelangkaan seperti ini. Tak cukup hanya membuat pernyataan ala kadarnya.

Sementara, pernyataan pers Ferdinand Hutapea pada (27/10/14), salah satu relawan Jokowi yang juga sebagai direktur Executive Energy Watch itu mungkin ada benarnya:

"Rekam jejak Sudirman Said tidaklah bagus. Kedekatan Sudirman dengan Soemarno bersaudara disinyalir sebagai tiket masuk Sudirman ke istana."
- Materi pendukung tulisan ini dikutip dari berbagai sumber di Internet.
- Selamat pagi Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun