Mohon tunggu...
CIMSA Indonesia
CIMSA Indonesia Mohon Tunggu... -

GENERAL INFO (silahkan kunjungi web kami www.cimsa.or.id)\r\n\r\nCIMSA (Center for Indonesian Medical Students' Activities) adalah organisasi pusat kegiatan mahasiswa kedokteran di Indonesia yang bersifat independen, inklusif, nasionalis, non profit dan non partisan. CIMSA adalah full member dari IFMSA (International Federation of Medical Students' Association). Munculnya CIMSA merupakan organisasi berbasis individu adalah wujud kepedulian mahasiswa kedokteran Indonesia untuk aktif sebagai seorang dokter yang meliki kompetensi yang lebih, terutama untuk kemasyarakatan. \r\n\r\nCIMSA sendiri telah memiliki 17 lokal dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan perkiraan member sebanyak 3500 mahasiswa. \r\n\r\nSEJARAH\r\nBerdiri sejak tahun 2001, dan telah berkembangan dari semula hanya 6 lokal. CIMSA bertujuan untuk menjadi wadah aktifitas mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk mengembangkan diri dan mengekspresikan idealismenya agar setap mahasiswa di negeri ini bisa punya kesempatan yang sama untuk berkarya di bidang kesehatan sedini mungkin dan memberikan hasil nyata untuk perkembangan bangsa ini.\r\n\r\nSebagai organisasi yang berdasar pada aktivitas, kegiatan yang dilakukan CIMSA mencakup kegiatan lokal, nasional hingga internasional. CIMSA mendapat kepercayaan dari dunia internasional untuk menjadi anggota penuh International Federation of Medical Students’ Association, IFMSA, sebuah oganisasi mahasiswa terbesar di dunia, yang beranggotakan lebih mahasiswa kedokteran di dunia, dengan jumlah lebih dari 10 negara anggota dan mewakili lebih dari satu juta mahasiswa kedokteran secara global.\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah Cinta Datang Tak Diundang dan Hilang Tak Bilang-Bilang?

24 Mei 2012   06:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Gheanita Ariasthapuri (Universitas Kristen Krida Wacana)


Jatuh cinta. Sebuah emosi yang tanpa sadar bisa membuat perasaan dan pemikiran seseorang menjadi berubah total. Perempuan yang tadinya malas berdandan, bisa tiba-tiba rajin memoles wajahnya. Pria yang tadinya berantakan dan malas mandi, bisa tiba-tiba menjadi rapi dan wangi. Dan orang yang tadinya pemarah, bisa saja menjadi orang yang sangat manis dan murah senyum. Ya, itulah cinta, berjuta rasanya.

Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan “love rules our live”? Apa sebenarnya yang membuat orang yang biasanya begitu tegar menjalani kehidupan, bisa tiba-tiba terpuruk ketika sang cinta pergi? apakah memang begitu adanya cinta, sebuah emosi yang datang tak diundang dan hilang tak bilang-bilang?

Pernahkan anda berpikir mengapa air yang masuk lewat mulut, bisa keluar lagi dalam bentuk air kemih? Apakah hal tersebut terjadi secara tiba-tiba? Tentu saja tidak, air tersebut harus menjalani serangkaian proses didalam tubuh kita melalui darah, masuk ke ginjal, baru kemudian apabila tidak ada kelaianan dalam tubuh, air tersebut akan dikeluarkan kembali dalam bentuk air kemih. Sama halnya seperti cinta, berawal dari kagum, melalui serangkaian proses pendekatan, dan apabila berjalan sesuai keinginan maka cinta akan keluar dalam suatu ekspresi sebuah kasih sayang yang membahagiakan.

Semua hal yang terjadi dalam hidup kita, bukanlah sebuah kebetulan semata. Selalu ada proses yang mengaturnya. Salah satu yang berperan adalah hormon. Berperan sebagai konduktor di dalam tubuh, hormon memimpin seluruh perjalanan organ-organ ditubuh kita. Perjalanan makanan, cairan yg masuk, tekanan darah, pertumbuhan tulang, seks, termasuk juga cinta. Oksitosin atau yang popular dengan sebutan hormon cinta ini, ialah salah satu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disimpan dalam kelenjar pituitari belakang. Hormon yang berperan sebagai neurotransmitter di otak ini bertugas dalam pembentukan Air Susu Ibu serta memperlancar proses persalinan. Hal inilah yang menciptakan adanya ikatan batin yang kuat antara ibu dan anaknya. Lalu mengapa disebut sebagai hormon cinta?

Para peneliti dari Swiss melakukan penelitian tentang manfaat hormon oksitosin pada interaksi hubungan suami istri untuk membantu terjalinnya komunikasi yang lebih baik. Mereka merekrut beberapa pasangan suami istri yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok: satu kelompok peserta diberikan oksitosin intranasal dan kelompok lainnya menerima plasebo, dalam bentuk semprot hidung. Setelah itu setiap pasangan dilibatkan dalam diskusi yang tajam di lingkungan laboratorium. Para ahli menganalisis efek dari hormon yang diberikan kepada setiap pasangan dan menemukan bahwa hormon oksitosin mampu menurunkan tingkat stres dan dapat meningkatkan perilaku komunikasi yang positif, jika dibandingkan dengan pasangan yang menggunakan plasebo.1

Namun, oksitosin ini juga tidak hanya berperan dalam menumbuhkan perasaan bahagia, tetapi juga dapat menimbulkan perasaan cemburu, kecewa dan sedih.

Penelitian dilakukan terhadap 56 orang yang mengikuti double-blind test placebo dan oksitosin. Sebagian dari mereka bermain peran dan dikondisikan menjadi orang yang seolah-olah mendapatkan uang banyak, sebagian lagi mendapatkan uang yg lebih sedikit dari yang lain atau kehilangan uangnya.

Hasil pada test ini didapatkan bahwa orang yang mendapatkan oksitosin, dan berperan sebagai orang yang mendapatkan lebih banyak uang, akan cenderung mendapatkan kepuasan diri yang berlebihan melihat pesaingnya mendapat uang yg lebih sedikit.

Begitupun halnya dengan orang percobaan yang berperan sebagai orang yang memiliki uang lebih sedikit, ketika mereka mendapatkan oksitosin mereka akan cenderung merasa cemburu melihat yang lainnya mendapatkan uang yang lebih banyak.2

Penelitian ini menunjukan bahwa oksitosin memberikan efek social-behaviour yang berbeda-beda, tergantung asosiasinya masing-masing. Apabila berasosiasi positif, maka hormon ini akan memunculkan perasaan cinta, kehangatan dan kepercayaan. Namun saat otak memiliki asosiasi negative, maka hormone ini akan memunculkan sentiment negative berupa perasaan iri atau cemburu terhadap orang lainnya.

Nah, sekarang jadi tau kan, saat kita jatuh cinta, perasaan bahagia, berbunga-bunga., dan semangat, semua hal itu bukanlah datang tak diundang, melainkan Oksitosin lah yang mengundangnya. Dan rasa ketergantungan kita terhadap pasangan, rasa cemburu, sedih dan kecewa juga bukan dikarnakan cinta yang hilang tak bilang-bilang, melainkan bersumber dari oksitosin.

1.http://www.forumkami.net/seks/178537-fungsi-hormon-cinta-oksitosin.html#ixzz1nywDbrTJ diakses tanggal 3 maret 2012

2. Simone G Shamay-Tsoory. Biological Psychiatry: Intranasal Administration of Oxytocin Increases Envy and Schadenfreude (Gloating). Pages 864-870. 1 November 2009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun