Mohon tunggu...
Cimewew Hohoik
Cimewew Hohoik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Miyawws Lover

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nafas Baru ChatGPT dalam Bilik Pendidikan: Goresan Perbandingan Penggunaan ChatGPT Indonesia dan New York

31 Agustus 2024   20:25 Diperbarui: 31 Agustus 2024   20:44 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gebrakan yang terus berkembang dengan pesat di dunia pendidikan dewasa ini semakin terharmonisasikan dengan kultur teknologi modern. Era kontemporer yang hadir turut memberikan pandangan baru dalam sistem belajar-mengajar yang ada di berbagai tingkat pendidikan, dan tentu saja penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) tidak bisa dilewatkan begitu saja untuk menjadi topik hangat di lingkungan akademik.

Artificial Intelligence (AI) merupakan istilah yang diperkenalkan dari Industrial Society 4.0 dan Society 5.0 berupa program komputer, pembelajaran mesin, perangkat keras dan perangkat lunak yang bertujuan untuk memberikan solusi dengan rekayasa terbalik dari pola neutron yang aktif bekerja di otak manusia. ChatGPT sebagai salah satu kecerdasan buatan yang muncul pada November 2022 lalu melalui sebuah laboratorium riset OpenAI di Amerika Serikat dengan teknologi terbaharukannya dapat langsung memberikan respon dari ketikan pertanyaan manusia via teks dalam aplikasinya. Jawaban yang dituangkan ChatGPT cukup detail dan menggunakan diksi yang sistematis. Hal ini yang menyebabkan para pelajar sangat tertarik menggunakan ChatGPT dalam pengerjaan berbagai tugas yang diberikan oleh tenaga pelajar di instansi pendidikan. Dalam waktu yang relatif singkat, ChatGPT menjadi AI yang cukup populer di berbagai kalangan.

Di Indonesia, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Populix sebanyak 52% masyarakat menggunakan ChatGPT dalam menyelesaikan berbagai kegiatan serta demikian pula para pelajar yang ke-asyik-an mengerjakan tugas dengan OpenAi ini disebabkan dapat memberikan hasil instan dalam pengerjaannya. Persentase dari penelitian Universitas Pancasila terhitung pada tahun 2023, terdapat 91.25% kalangan akademisi yang mengetahui adanya aplikasi ChatGPT. Mahasiswa yang pernah mendengar seputar ChatGPT adalah 89% dengan rincian sebanyak 57.5% mahasiswa pernah menggunakannya. Dari kalangan pengajar atau dosen, sebesar 97.9% pernah mendengar aplikasi ChatGPT dan 84% diantaranya pernah menggunakan website OpenAI berdasarkan pada hasil survei yang dilakukan. Minat yang begitu tinggi terhadap Artificial Intelligence tidak bisa dipungkiri lagi di wilayah akademik Indonesia.

ChatGPT yang berada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat ini menyertakan dualisme tersendiri layaknya pedang bermata dua. Di satu sisi, ChatGPT menonjol dengan posisinya yang solutif di bidang akademik. Namun di lain pihak, ChatGPT dapat menyebabkan munculnya rasa ketergantungan manusia terhadap hasil yang cepat tanpa membutuhkan usaha yang besar.

Menariknya di salah satu negara bagian Amerika yakni New York melakukan pemblokiran terhadap penggunaan ChatGPT pada akhir Desember di tahun 2022, tepatnya sebulan setelah AI yang satu ini diluncurkan. Larangan pemakaian ChatGPT ini karena dianggap membatasi  skill berfikir kritis (critical thinking) dan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) para siswa. Ditilik dari Departemen Pendidikan Kota, tidak hanya ChatGPT yang masuk dalam kategori website ilegal di penjuru sekolah umum di New York, namun termasuk di dalamnya seluruh chatbot kecerdasan buatan yang ada.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan singkat bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan dari penggunaan ChatGPT dari komparasi dua negara, yakni Indonesia dan Negara Bagian New York yang notabene wilayahnya merupakan pencetus dari AI itu sendiri. Hadirnya OpenAI dapat memberikan dorongan baru di dunia pendidikan untuk mengeksplorasi teknologi baru. Tapi penggunaan ChatGPT jangan sampai memberikan kesenjangan antara pendidik/siswa dengan keterampilan berfikir dan pengembangan kualitas akademik. Gunakan teknologi dengan bijak demi kemajuan bangsa dan negara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun