"Lupakah kau siapakah diantara kita yang kejam, hayati?
Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik mamakmu,
karena saya asalnya tidak tentu,
orang hina dina tidak tulen minangkabau
Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan
Kau berjanji akan menunggu kedatanganku berapapun lamanya
Tapi kemudian kau berpaling ke yang lebih kaya-raya,
yang berbangsa beradat,
berlembaga berketurunanÂ
Kau kawin dengan dia.." Tutur Zainuddin kepada Hayati.
Kaya raya? Berbangsa beradat? Berlembaga berketurunan? Sehina itukah Zainuddin seorang pemuda rantau di pandangan rumpun masyarakat Minangkabau kala itu?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!