Mohon tunggu...
Aa Gun
Aa Gun Mohon Tunggu... profesional, Guru -

Lahir di pinggiran Jakarta, Ciledug Kota Tangerang yang semakin padat, sejak menikah tinggal di belahan utara Bekasi, Babelan. Pengajar sekolah swasta awalnya di sebuah SMA di Bekasi, sejak 2005 sampai sekarang menjadi pendidik di sebuah sekolah swasta di Jakarta Selatan. Senang menulis sejak aktif di sebuah organisasi pemuda masjid YISC (Youth Islamic Study Club) Al-Azhar Jakarta. Tw:@ciledugcity69 Fb: aagun.gunawan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Hebatnya Supir Angkutan Umum di Indonesia

13 April 2015   07:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429002700433534792

[caption id="attachment_409981" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi - angkutan umum di Jakarta. (Kompas.com/Nadia Zahra)"][/caption]

Sore itu waktu hampir menunjukan pukul 16.00, bertanda harus segera berbenah mempersiapkan diri pada aktivitas lain, kembali ke rumah. Persiapan sudah matang, langkah selanjutnya menuju gerbang sekolah yang tidak jauh dari jalan raya TB. Simatupang. Hari itu ane kaga pulang ke Bekasi, seperti biasa ada hak dakwah yang saya lakoni di daerah Ciledug Kota Tangerang.

Sampai di depan gerbang lalu lintas mulai terlihat padat dan jalan pun tersendat. Sambil berdiri menunggu bus jemputan umum, jalur Kampung Rambutan-Lebak Bulus. Tak lama berselang jemputan pun mulai terlihat dari kejauhan, setelah mendekat tangan kanan kulambaikan dan bus berwarna kuning setrip hijau kalau tak salah dengan kondisi yang sudah tua pun berhenti. Kaki kanan melangkah menaiki bus yang ternyata berpenumpang cukup padat. Awalnya ane berdiri karena bus penuh, namun berselang tak berapa lama ada berapa penumpang wanita turun setelah RS Fatmawati.

Saya pun berpindah dan duduk di depan sebelah kiri sang sopir yang sejak saya naik sedang asik ngobrol dengan teman yang sekarang duduk disebelah kiri saya. Awalnya saya tidak begitu peduli dengan percakapan-percakapan mereka. Namun menjelang sampai poin square, saya jadi begitu tertarik mendengarkan obrolannya.

Ada yang seru dan menggelitik dari percakapan ini. Teman sopir itu bertanya, "Kayaknya enak ya membawa jalur bus ini?" si sopir tersenyum simpul seakan mengiyakan pertanyaan itu. Sambal asyik memegang kendali yang seakan lihai sopir itu menjawab pertayaan temannya.  "Kamu tahu ga kalo aku bawa mobil ini ga bawa apa apa!" Si sopir terlihat begitu bangga. Lalu ia melanjutkan pembicaraan, menjelaskan secara rinci maksudnya. "Gua ini kaga bawa SIM, STNK, dan surat-surat lainnya. Sang teman mengangguk tanda percaya.

“Kalaupun nanti ketangkep polisi, ah gampang itu, bilang aja udah bapak bawa aja mobil ini. Atau gua bilang aja kosong Pak, ntar disesaikan di terminal aja! Udah tahulah pastinya polisi itu. Beres dah. Itulah sekilas hal yang menurut saya sangat menarik dari fenomena transportasi umum di negeri ini, kondisi jalan padat, mobil tak layak jalan, sopir ugal-ugalan, ongkos ditingkatkan dan banyak uang bertebaran di jalan menjadi milik oknum-oknum yang lapar.

Akibatnya aturan lalu lintas dengan mudah begitu saja dilibas sang sopir karena ia tahu itu aman-aman saja. Ketangkap polisi itu perkara mudah, ada tim khusus yang memang sudah mereka bayar dari jatah timer-timer di beberapa bagian jalan. Karena sikap mental seperti ini yang sudah mengakar maka pemerintah menjadi begitu kesulitan saat akan memperbaiki moda transportasi menjadi lebih layak lagi, entah kapan kondisi seperti ini akan berakhir, mungkin nanti kalau sudah kiamat kali ye. Saya percaya pembicaraan sopir ini benar dan saya percaya karena bukan satu kali saya mendengar cerita macam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun