Mohon tunggu...
Aa Gun
Aa Gun Mohon Tunggu... profesional, Guru -

Lahir di pinggiran Jakarta, Ciledug Kota Tangerang yang semakin padat, sejak menikah tinggal di belahan utara Bekasi, Babelan. Pengajar sekolah swasta awalnya di sebuah SMA di Bekasi, sejak 2005 sampai sekarang menjadi pendidik di sebuah sekolah swasta di Jakarta Selatan. Senang menulis sejak aktif di sebuah organisasi pemuda masjid YISC (Youth Islamic Study Club) Al-Azhar Jakarta. Tw:@ciledugcity69 Fb: aagun.gunawan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adakah Cagub DKI Yang Berani Kontrak Politik?

15 Juni 2012   02:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontrak politik pernah di dengungkan pada beberapa tahun  yang lalu saat pemilu. Namun hingga saat ini istilah tersebut tinggal sekedar istilah tanpa realisasi. Menurut saya jika memang ada kemauan dari seluruh rakyat indonesia, ataupun rakyata beberapa daerah yang menjadi simpatisan dan pemilih dari para capres, cagub, cawal mau melakukan, meneken kontrak politik dengan rakyat pemilihnya.

Kontrak politik yang berisi kesediaan melakukan realisasi terhadap janji sekaligus kesepakatan jika janji janji tersebut tidak terlaksana dalam jangka waktu tersebut sesuai dengan kesepakatan diatas kertas yang ditandatangi dengan materai dan disaksikan para saksi hukum, pengacara/advocat sebagai bentuk payung kekuatan terhadap isi perjannjian.

Pemilih yang cerdas harus berani melakukan terobosan ini. Mengapa? Sudah berapa kali negeri ini melakukan pemilihan presiden, sudah berapa ratus Gubernur, Bupati dan Walikota terpilih, pasca reformasi pemilu dan pilkada. janji-janji terungkap tanpa ikatan, akhirnya yang terjadi adalah pendustaan. Iming-iming selama kampanye berlalu bagai angoin lalu, janji-janji hanya isapan jempol semata. Keuntungandia peroleh hanya dinikmati oleh partai, pemimpin terpilih serta konco-konco dan kroninya. Peningkatan kesejahteraan rakyat terbengkalai.

Berkait dengan realitas tersebut di atas, maka rakyat sebagai pemilik negeri ini harus berani secara bersama-sama melakukan kontrak politik kepada para calon pemimpin maupun anggota DPR-D. Mengapa pula harus berbuat demikian, sekali lagi rakyat adalah pemilik mandat, pemilih dan pengamanah terhadap yang dipilih, jika mereka berdusta dan berbuat sebaliknya, rakyat secara bersama-sama bersatu untuk menuntut tanggung jawab pemimpin tersebut. Rakyat menjadi penentu, jika DPR-D tidak mampu, rakyat bisa menuntut mereka secara berjamaah, kompak dan bersatu.

Jika demikian yang terjadi, saya sangat yakin sekali perubahan yang baik bisa terjadi di negeri ini. Nah bagaimana rakyat Jakarta, mampukah melaksanakannya? atau masihkan kita bersedia dengan senang hati dibohongi para makelar politik dan kekuasaan itu? Kita harus cerdas, cerdas memilih dan mampu mengawasi kinerja terpilih.

Lalu bagaimana dengan cagub DKI adakah yang bersedia merealisasikannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun