Ada seorang penyanyi dangdut wanita yang belum terkenal banyak yang mencari ketenaran/identitas dengan goyangan dangdutnya yang controversial. Dalam sebuah program acara disebuah TV swasta dia berpendapat, bahwa goyangan dangdut yang dilakoninya itu biasa-biasa saja, itu menjadi bagian dari ungkapan seni. Porno atau tidak itu tergantung pikiran orangnya. Begitu kurang lebih kata yang diungkapkannya.
Sebagai penggemar dangdut meski kaga berat-berat amat, ungkapan ini adalah ungkapan cemen, mengatasnamakan seni untuk kepuasan nafsu dan materi semata. Kata yang sama juga pernah diungkapkan beberapa model photo artis wanita untuk majalah pria dewasa, menurutnya apa yang dilakukannya itu hanyalah expresi seni. Terkadang pengen nanya sama tuh orang, mau kaga ya di suruh nyanyi dangdut pake goyangan “birahi” terus kaga di bayar, demikian juga tuh model photo majalah pria dewasa, mau kaga di photo sebagaimana layaknya dia di photo setengah telanjang terus kaga ada imbalannya?
Dangdut beraroma goyang birahi banyak kita temukan di masyarakat, atau lihatlah di youtube, bertebaran goyangan-goyangan macam gitu. Ditengah masyarakat kita di kota sampe di pelosok desa dalam sebuah hajatan yang kerap menghadirkan hiburan dangdut dan organ tunggal kerap kali penonton disajikan suguhan lagu yang diikuti goyangan erotis dan memanggil-manggil orang tertentu yang biasanya menjadi tokoh yang sering nyawer di setiap hajatan. Hal yang sungguh menyedihkan saat goyangan birahi itu disaksikan puluhan anak-anak di bawah umur, sungguh tanpa disadari ini merupakan sebuah bentuk penghancuran moral, meski dengan alasan ekspresi seni.
Sebagai penikmat lagu-lagu termasuk dangdut, mungkin bukan hanya saya akan mengatakan, tanpa goyangan birahi atas nama senipun kalau memang lagu itu memiliki harmonisasi antara music dan lyric,enak terasa saat diterima telinga dan mampu diserap di hati pasti sangatlah nikmat untuk dirasakan. Kita bisa menikmati lantunan lagu bang Haji Rhoma, iche Trisnawati, Ike Nurjanah atau artis dangdut lain yang masih bermoral mereka mampu menyajikan kenikmatan rasa tanpa goyangan birahi. Sungguh hanyalah sebuah tipu daya hawa nafsu mereka-mereka yang masih berdalih seni untuk menampilkan goyangan dan aksi membuka aurat di majalah, saya yakin, semua hanya demi uang dan popularitas semata. Wallaahu a’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H