Di tanggal 25 November yang diperingati sebagai Hari Guru Nasional, selain wajah-wajah guru yang melintas dalam ingatan saya juga bangunan SD yang sekarang agak lumayan ujudnya, Hehe..
Sekolah Dasar saya ada di Alun-alun Cilamaya, berhadapan langsung dg letak station kreta dan Masjid Agung Attaqwa yg jadi legenda cerita orang Cilamaya. Sekeliling bangunan SD saya cuma dikitari bilik anyaman bambu, termasuk penyekat tiap ruang kelasnya. Supaya 'bisa nafas', bagian atas pagar bilik itu sengaja dibuat terbuka, hanya dipasangin ram kawat..
.. "Sangat mengharu-biru", Hihi...
Bangku belajar di sekolahku, meja dan kursinya direkat jadi satu untuk diduduki 2 siwa. Di atas permukaan meja, ada lubang bulat, katanya itu tempat menaruh arang sebagai alat tulis para siswa “Sekolah-Rakyat (SR)” baheula. Mungkin saja pernah digunakan ibu saya yang katanya SR juga di sekolah itu, yang kemudian berubah nama menjadi SD Negeri 3 Cilamaya di Kabupaten Karawang.
Dari bangku SD yg memiliki lubang di tengah itu semuanya aku mulai. Mulai belajar tentang “Budi-pekerti”, menyapa “Selamat Pagi Guru”, hingga mencium tangannya tiap pelajaran usai.
Dan... dari SD yang 'aduhai itu, dengan dibimbing para “malaikat” yang berujud wajah guru-guru.. akhirnya aku bebas dari buta huruf, jadi melek aksara, dan pinter membaca....
Tenggkyyuuuu, ya Pa guru.. Love you.. Bu Guru..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H