Mohon tunggu...
Najmisana Najmisana
Najmisana Najmisana Mohon Tunggu... -

just me

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Imam oh Imam...

11 Januari 2014   16:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_315179" align="aligncenter" width="320" caption="sumber dari : mranggendemak.blogspot.com"][/caption]

Ada kejadian lucu (bagi saya) sore tadi. Saat itu saya sedang bosan dan memutuskan pergi ke gramedia di salah satu mall. Jam menunjukkan pukul 17.45, maka saya buru-buru keluar dari toko buku itu menuju musholla nya. Maghrib saya perkirakan 5 menit dari waktu saya keluar. Pikir saya, daripada mengantri lebih baik sebelum maghrib saya sudah standby.

Setelah berwudhu, saya langsung masuk ke mushola mall tersebut. Saat masuk, sebetulnya di ujung dinding ada jam yang menunjukkan waktu sholat lima waktu juga. Namun, karena mata saya miopi, dan kebetulan saya tidak memakai kacamata, saya tidak mampu melihat apakah saat itu sudah masuk waktu maghrib. Sepertinya sih belum, soalnya ada bapak-bapak dan mas-mas sedang duduk, menunggu waktunya pikirku.

Saat itu,di shaf perempuan hanya saya dan seorang perempuan lagi. Saya menunggu saja sampai ada yang adzan dan mengimami. Kemudian ada beberapa mbak-mbak masuk. Agak lama saya menunggu, sekitar 10 menit. Tapi belum ada yang adzan juga. Yang saya dengar, ada seorang laki-laki mengaji. Di shaf laki-laki mungkin ada sekitar 10 orang. Menungggu.

Sepertinya sudah masuk waktu maghrib daritadi, karna begitu si mbak-mbak masuk, ada yang berbisik “kok nggak mulai-mulai” sambil menengok arah jam tadi. Kami menunggu lagi. Mungkin mbak-mbak tadi sebel karna belum ada yang adzan, langsung berceloteh “ nampaknya disini g ada laki-laki nya ya”, suasana tetap seperti semula, tidak ada yang adzan.

“itu yang lagi ngaji, suaranya bagus loo, apalagi kalo adzan", wkwkk saya ketawa dalam hati. Dan masih tetap tidak ada yang bergerak, entah berdiri adzan kek, atau langsung sholat berjama’ah kek. Hehe dan lagi-lagi saya suka gaya si mbak berceloteh “kayaknya disini semua perempuan”. Kembali saya ketawa geli dalam hati hehe

Karena kebetulan saya di shaf depan, saya melihat adegan mas-mas njawil (nyolek) temannya, menyuruhnya adzan. Tapi sang teman menggeleng dan balik menunjuk. Dannn, si mbak pun bilang lagi “itu yang lagi ngaji, suaranya bagus loo”. Akhirnya, ada seorang laki-laki berdiri dan langsung mengumandangkan iqamah. Fiuhh akhirnya berjama’ah juga.

Si mbak tadi yg sekarang ada di sebelah saya sempat bilang “kayaknya bakalan lama ni milih imam”. Dan ternyata benar sodara sodaraaa. Aksi tunjuk-menelunjuk pun terjadi. Padahal disitu saya perkirakan ada 15 orang berpenampilan laki-laki (laki-laki bukan ya? Hehe). Bukan cuma saling menunjuk, ternyata juga saling mendorong ke depan. Ke posisi imam. Saat ada seorang bapak berambut putih masuk, mereka langsung menyerbu, setengah mendorong sang bapak ke depan. Tapi sang bapak tua pun menolak. Si mbak tadi pun mengeluarkan kata mutiaranya lagi. “ancorlaaah dunia kalo kayak gini”

wkwkwk saya pengen ketawa. bener deh. Tapi saya tahan dengan senyuman ke arah si mbak. Walaupun kata-katanya terdengar sinis di telinga yang disindir, tapi bener lo, daripada nggak ada yang ngingetin?

Pertanyaan saya, kalo jadi imam sholat aja pada nggak mau, gimana mau jadi imam rumah tangga? isinya bukan hanya sholat lho,, hehe

8 Januari 2014

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun