Mohon tunggu...
Cikgu Agus Channel
Cikgu Agus Channel Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Membaca & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Terbentuk Dari Keterbatasan (Bagian 2)

20 Desember 2024   15:06 Diperbarui: 20 Desember 2024   15:19 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

TERBENTUK DARI KETERBATASAN

(Bagian 2)

Juki

Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, aku bangun dengan semangat baru untuk belajar dan mendekatkan diriku pada impian menjadi dokter. Meskipun banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi, aku selalu berusaha untuk tetap fokus dan tidak mudah menyerah. Aku tahu bahwa perjalanan menuju cita-citaku masih panjang, namun dengan tekad yang kuat dan dukungan dari orang-orang terkasih, aku yakin bisa mencapainya.

     Mimpi kecilku menjadi dokter bagaikan cahaya yang selalu membimbingku di tengah kegelapan keterbatasan. Setiap langkah kecil yang yang ambil adalah bagian dari perjalanan panjang menuju masa depan yang lebih baik. Dari sini, aku terus melangkah, dengan keyakinan bahwa suatu hari nanti, aku akan mampu mewujudkan mimpi itu dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

     Ketika aku masuk SMP tantangan yang aku hadapi semakin besar. Sekolahku terletak lebih jauh dari rumah dibandingkan sekolah dasar, dan setiap hari aku harus menempuh perjalanan sejauh lima kilometer dengan berjalan kaki. Jalan menuju sekolah berliku dan berdebu, sering kali membuat sepatu dan seragamku kotor. Namun, hal itu tidak pernah mengurangi semangatku untuk belajar.

     Sekolah kami memiliki fasilitas yang sangat terbatas. Gedung sekolah yang sudah tua dan rapuh, ruang kelas yang sempit dengan dinding yang retak, serta meja dan kursi yang sudah usang menjadi pemandangan sehari-hari. Kami hanya memiliki sedikit buku pelajaran, dan sering kali harus berbagi dengan teman-teman. Di perpustakaan sekolah yang kecil dan sederhana, aku sering menghabiskan waktu mencari buku tambahan untuk memperkaya pengetahuanku. Meski buku-buku yang ada tidaklah baru dan beberapa sudah rusak, aku tetap bersyukur karena bisa belajar dari sana.

     Guru-guruku SMP, sosok sangat berdedikasi. Mereka memahami keterbatasan yang kami hadapi dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Salah satu guruku yang paling berkesan adalah Bu Maria, guru mata pelajaran iIlmu Pengetahuan Alam. Bu Maria selalu memberikan penjelasan yang sangat detail dan menarik, membuatku semakin tertarik dengan dunia ilmu pengetahuan. Ia juga sering meminjamkan buku-buku pribadinya agar kami bisa belajar lebih banyak. "Jangan biarkan keterbatasan menghalangi kalian untuk meraih mimpi," katanya suatu hari. Kata-kata itu selalu terngiang di telingaku.

     Di sekolah, aku juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Aku bergabung dengan klub sains dan klub debat, yang memberikan banyak pengalaman berharga. Melalui klub sains, aku bisa belajar lebih banyak tentang eksperimen dan penelitian sederhana. Meski alat dan bahan yang kami miliki sangat terbatas, kami selalu berusaha untuk membuat inovasi-inovasi kecil yang berguna. Kami sering mengikuti lomba-lomba sains di tingkat kabupaten, meskipun jarang menang, namun pengalaman tersebut sangat berarti bagiku.

     Klub debat, tempat di mana aku belajar berbicara di depan umum dan mengasah kemampuan berpikir kritis. Setiap minggunya, kami mengadakan sesi debat dengan berbagai topik menarik. Awalnya, aku merasa gugup dan tidak percaya diri, namun lambat laun, aku mulai menikmati setiap debat dan belajar bagaimana menyampaikan argumen dengan baik. Teman-teman dan pelatih di klub debat selalu memberikan dukungan dan masukan yang konstruktif, membuatku semakin berkembang.

     Selain kegiatan ekstrakurikuler, aku juga sering mengikuti berbagai lomba akademik yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah. Meski sering kali persaingan sangat ketat dan aku tidak selalu berhasil menjadi juara, namun setiap lomba memberikan pelajaran berharga dan motivasi untuk terus belajar. Kemenangan kecil yang aku raih menjadi dorongan besar untuk terus berjuang.

      Di rumah, aku harus membantu orang tua setelah pulang sekolah. Kadang-kadang aku membantu ayah di sawah, menyiangi rumput atau membantu memanen padi. Di hari-hari lainnya, aku membantu ibu membuat kue atau berjualan di pasar. Meski lelah, aku selalu menyisihkan waktu untuk belajar di malam hari. Lampu minyak yang redup menjadi teman setiaku saat mengerjakan tugas dan belajar untuk ujian. Aku sering tertidur di meja belajar karena kelelahan, namun aku selalu berusaha bangun kembali dengan semangat baru.

     Momen yang paling berkesan, ketika aku harus mengikuti ujian akhir sekolah. Ujian ini sangat penting karena akan menentukan kelulusanku dan kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Setiap hari, aku belajar dengan tekun, mengulangi pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan, dan membuat catatan-catatan kecil untuk memudahkan hafalan. Ibu selalu menyiapkan makanan bergizi agar aku tetap sehat dan bertenaga. Ayah sering memberikan motivasi dengan mengatakan, "Teruslah belajar, Nak. Pendidikan adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik."

       Ketika hari ujian tiba, rasa gugup nyeliputi meskipun telah kupersiapkan menghadapinya. Aku mengerjakan setiap soal dengan hati-hati dan teliti, mengingat semua yang telah kupelajari. Setelah ujian selesai, aku merasa lega namun juga cemas menunggu hasilnya. Waktu terasa berjalan sangat lambat, namun akhirnya hari pengumuman tiba. Dengan penuh harap, aku melihat papan pengumuman di sekolah. Namaku tercantum di sana, aku lulus dengan nilai sangat memuaskan. Perasaan bangga dan bahagia mengalir dalam diriku. Semua kerja keras dan pengorbanan terasa terbayar lunas.

     Perjuanganku di SMP mengajarkanku banyak hal. Aku belajar tentang pentingnya tekad, kerja keras, dan tidak mudah menyerah meskipun dalam keadaan sulit. Aku juga belajar tentang arti sebenarnya dari dukungan keluarga dan teman-teman. Semua itu membuatku semakin yakin bahwa aku bisa meraih impianku untuk menjadi dokter. Perjalanan masih panjang, namun setiap langkah kecil yang kuambil mendekatkanku pada tujuan akhir.

     Dengan tekad yang semakin kuat, aku melanjutkan perjalanan pendidikanku ke jenjang berikutnya. Tantangan yang lebih besar menanti, namun aku siap menghadapinya. Aku tahu bahwa mimpi besar membutuhkan perjuangan besar, dan aku tidak akan pernah berhenti berjuang.

(Juki nama Pena dari Jeki Setiawan,  penulis adalah Pelajar SMAN 1 Toboali Bangka Selatan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun