TERBENTUK DARI KETERBATASAN
(Bagian 2)
Juki
Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, aku bangun dengan semangat baru untuk belajar dan mendekatkan diriku pada impian menjadi dokter. Meskipun banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi, aku selalu berusaha untuk tetap fokus dan tidak mudah menyerah. Aku tahu bahwa perjalanan menuju cita-citaku masih panjang, namun dengan tekad yang kuat dan dukungan dari orang-orang terkasih, aku yakin bisa mencapainya.
   Mimpi kecilku menjadi dokter bagaikan cahaya yang selalu membimbingku di tengah kegelapan keterbatasan. Setiap langkah kecil yang yang ambil adalah bagian dari perjalanan panjang menuju masa depan yang lebih baik. Dari sini, aku terus melangkah, dengan keyakinan bahwa suatu hari nanti, aku akan mampu mewujudkan mimpi itu dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
   Ketika aku masuk SMP tantangan yang aku hadapi semakin besar. Sekolahku terletak lebih jauh dari rumah dibandingkan sekolah dasar, dan setiap hari aku harus menempuh perjalanan sejauh lima kilometer dengan berjalan kaki. Jalan menuju sekolah berliku dan berdebu, sering kali membuat sepatu dan seragamku kotor. Namun, hal itu tidak pernah mengurangi semangatku untuk belajar.
   Sekolah kami memiliki fasilitas yang sangat terbatas. Gedung sekolah yang sudah tua dan rapuh, ruang kelas yang sempit dengan dinding yang retak, serta meja dan kursi yang sudah usang menjadi pemandangan sehari-hari. Kami hanya memiliki sedikit buku pelajaran, dan sering kali harus berbagi dengan teman-teman. Di perpustakaan sekolah yang kecil dan sederhana, aku sering menghabiskan waktu mencari buku tambahan untuk memperkaya pengetahuanku. Meski buku-buku yang ada tidaklah baru dan beberapa sudah rusak, aku tetap bersyukur karena bisa belajar dari sana.
   Guru-guruku SMP, sosok sangat berdedikasi. Mereka memahami keterbatasan yang kami hadapi dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Salah satu guruku yang paling berkesan adalah Bu Maria, guru mata pelajaran iIlmu Pengetahuan Alam. Bu Maria selalu memberikan penjelasan yang sangat detail dan menarik, membuatku semakin tertarik dengan dunia ilmu pengetahuan. Ia juga sering meminjamkan buku-buku pribadinya agar kami bisa belajar lebih banyak. "Jangan biarkan keterbatasan menghalangi kalian untuk meraih mimpi," katanya suatu hari. Kata-kata itu selalu terngiang di telingaku.
   Di sekolah, aku juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Aku bergabung dengan klub sains dan klub debat, yang memberikan banyak pengalaman berharga. Melalui klub sains, aku bisa belajar lebih banyak tentang eksperimen dan penelitian sederhana. Meski alat dan bahan yang kami miliki sangat terbatas, kami selalu berusaha untuk membuat inovasi-inovasi kecil yang berguna. Kami sering mengikuti lomba-lomba sains di tingkat kabupaten, meskipun jarang menang, namun pengalaman tersebut sangat berarti bagiku.
   Klub debat, tempat di mana aku belajar berbicara di depan umum dan mengasah kemampuan berpikir kritis. Setiap minggunya, kami mengadakan sesi debat dengan berbagai topik menarik. Awalnya, aku merasa gugup dan tidak percaya diri, namun lambat laun, aku mulai menikmati setiap debat dan belajar bagaimana menyampaikan argumen dengan baik. Teman-teman dan pelatih di klub debat selalu memberikan dukungan dan masukan yang konstruktif, membuatku semakin berkembang.
   Selain kegiatan ekstrakurikuler, aku juga sering mengikuti berbagai lomba akademik yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah. Meski sering kali persaingan sangat ketat dan aku tidak selalu berhasil menjadi juara, namun setiap lomba memberikan pelajaran berharga dan motivasi untuk terus belajar. Kemenangan kecil yang aku raih menjadi dorongan besar untuk terus berjuang.