Lupa top up e-Moneyku. Hasrat untuk ke minimarket, atau membuka M-Bangkingku sama sekali tidak ada.
Anggap saja, malam ini nasibku adalah berjalan menyusuri trotoar. Pemandangan abang-abang Ojol lebih hijau dibandingkan dengan daun dan rumput yang lupa dipotong di sepanjang  jalan.
"Dru..."
Kuhentikan langkahku. Ada suara yang kurindukan memanggilku.
Kusiapkan pandanganku dengan begitu cantiknya. Satu, dua dan tiiiiii...
"Ko Jalan. Cape ya naik kereta? Atau cape nunggu bis?"
"Eh, engga kok. Sengaja aja pingin olah raga."
"Oh, kirain..."
Ini siapa aku tidak tahu. Kok hafal namaku ya.
"Aku temani boleh Dru?"
Ragu untuk aku jawab iya. Apakah dia memang kenal aku? Atau dia adalah laki-laki yang menguntitku beberapa minggu ini? Tapi maksud dan tujuannya aku tidak paham.
"Hei, kok diam? Boleh aku temani tidak? Malam-malam dan sedikit gerimis tidak baik lo untuk kamu jalan sendirian"
"Aku biasa kok sendiri"
"Kalau mulai mala mini tidak dibuat biasa bisa kan Dru?"
"Maksudnya?"
Jantungku berdegup kencang. Rabun mataku setiap malam, hingga aku sampai ke kost-an pun aku tidak tahu dia itu siapa.
Wanginya aku tidak hafal, suaranya mirip dengan Bram namun gaya bicaranya jauh sekali dari Bram yang kukenal.
Berkali-kali mencoba pegang tanganku. Dari caranya seperti Bram saat mencoba menenangkan aku. Tapi apa mungkin itu Bram?
Entah berapa kilometer jarak aku berlari tadi. Ketakutan tapi tetap membuatku penasaran.
"Hei sayang, ko aku ditinggal sih. Tega ya kamu Dru"