Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis, Cara Umbar Emosi dengan Elegan

26 Mei 2020   21:47 Diperbarui: 27 Mei 2020   11:59 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Namanya manusia, sangat wajar punya nafsu, sangat wajar punya emosi dan sangat wajar tiba-tiba membuncah kemudian mencaci dan memaki saat menemukan sesuatu yang tidak dikehendaki.

Namun jika mau dihargai oleh sesama, ada baiknya kamu mampu mengolah dengan bijak setiap kata yang akan engkau sampaikan.

Sudah banyak sekali kasus yang berawal dari saling hujat kemudian berujung dengan dipolisikan.

Lucu ya, sekarang bukan saja lidah tak bertulang, tapi jari kebablasan menari.

Satu ketika, salah seorang temanku Bunga nangis meraung-raung. 

Datang tiba-tiba kemudian memesan kopi sambil raut muka dipasang semrawut.

Aku yang melihatnya sebetulnya ogah ngeladenin. La iya ngapain harus aku dengarkan orang lagi panas membara, inginnya meluap emosi namun sayang salah sasaran kalau sampai aku kena semprotnya.

"Dasar cowok kurang ajar, kurang apa coba gue sama dia. Gua ga pernah itungan, sebisa mungkin gue ada buat dia. Gue bikin senyaman mungkin. Dasar kampret masa gue ditinggalin gitu aja cuma gara-gara perempuan yang baru dia kenal. Kurang ajar ga tuh pacar gue?"

No Comment, aku malas komentar. Biar saja dia pasang petasan sesuka dia.

"Bang, kopinya cepet dong. Lama banget sih. Cuma tuang aja ampe ngabisin waktu banget."

Tuh kan, jadi kemana-mana marahnya. Selama emosi masih dia bungkus penuh maka selama itu pula dia akan semprot orang-orang di sekitar dia, sampai dia puas, sampai hatinya lega dan sampai dia bisa tersenyum.

Kupanggil waitress, kupinjam pena dan selembar kertas menu lalu kusodorkan pada Bunga.

"Apaan sih, orang lagi kesel."
"Ya udah, tulis aja yang buatmu mumet!"

Kampret

Sialan

Gue benci sama lu

Gue sumpahin lu mati

Setelah itu pena dilempar oleh Bunga.

Lalu kutarik nafasku, kunyalakan tombol rileks ku dan kubayangankan seseorang yang selalu membuat hidupku lebih bermakna.

Bertahun lamanya aku mengumbar rasa
Kusimpan, kubagi lalu kuserahkan sedemikian rupa
Kau berharga, sangat berharga
Namun kau titipkan air mata yang tak kuduga

 Semesta berbisik mengingatkan
Kampret, telinga ku mendadak kedap
Alam sedikit berteriak menyampaikan
Sial, semua pesan sengaja kusekap

Kusaji kopi terpahit
Kuaduk segenap benci yang sempat menjepit
Kutambahkan setangkup sumpah berkelit
Kuberi nama mati menjarit

#Kafe Movie, Mei

"Nih buat kamu."

"Apaan nih, kamu bikin puisi buat aku?"

"Iya, sama ga maknanya dengan yang bikin kamu mumet?"

"Iya iyaa, sama. Marahnya ga keliatan ya?"

Elegan.

Menulis adalah salah satu cara untuk kamu mengumbar emosi.

Kau akan terlihat elegan saat semua rasa kau tuangkan dalam tulisan.

Bayangkan, ketika hatimu penuh cinta tapi bertepuk sebelah tangan.

Alih-alih curhat, ingin rasanya menangis. Saat kau tuang dalam puisi lalu diposting di akun social mediamu, malah lebih banyak yang merasa terwakilkan oleh olah katamu.

Lebih bermanfaat bukan?

Coba tengok lagi,

Sebelumnya,

Ya Allah, begini amat hidupku. Kenapa kau harus biarkan aku menangis. Apa salahku ya Allah?

Setelah menjadi quote;

Luka adalah salah satu cara untuk kamu menjadi merdeka

Lebih elegan yang mana?

Yang bawah dong.

Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa "aku tak pandai menulis", siapa bilang?

Punya akun Instagram?, Twitter? Atau Facebook?.

Saat kamu posting, pada saat itu kamu sedang menyampaikan sesuatu. Bedanya memang alakadarnya aja. Jika kamu mau mengolah kata lebih baik pasti tampilannya akan lebih bagus dan memancing keingintauann viewers kamu, iya kan?

Semakin banyak yang melihat apalagi yang comment, semakin kamu merasa tak sendiri. Menyenangkan bukan?

Misal,

Saat kamu mau posting kamu dan pacarmu lagi makan duren.

Selama ini mungkin captionnya, "duren montong paling juara".

Ya, basi. Alih-alih menarik viewers, yang ada malah terlihat pamer. Stop to do that!

Bisa diganti dengan,

"Kau tahu, besarnya cintaku padamu?. Terlalu mahal untuk dikejar, terlalu mahal untuk disantap. Kau begitu  legit. Akan kugadaikan semua hingga yang kumau aku dapatkan.

Hmm, jadi yang diceritakan mengejar cinta atau mengejar duren montong yang mahal ya?.

Biar saja yang pembaca akan bertanya di kolom commentmu. Semakin menyenangkan bukan?

Banyak tempat untuk kamu tuangkan tulisan. Di mana saja juga boleh. Di Kompasiana apalagi...

Mulai sekarang berhenti mengumbar emosi, tuangakan dalam bentuk tulisan.

Kelak semua akan terekam dengan baik dan kamu akan tersenyum-senyum sendiri jika baca kembali tulisanmu. 

Persis ketika kamu baca diary saat kamu kecil. Lucu kan?

Dengan menulis kamu akan dapatkan manfaat lebih, terluapkan iya, tercatatkan iya, bermafaat untuk orang lain iya dan tentunya membahagiakanmu.

Menulis yuk!

#Bandung, 26 Mei 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun