Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hebatnya Nia Ramadhani

12 Desember 2019   10:49 Diperbarui: 12 Desember 2019   20:50 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gini lo ya, sebagai perempuan pastilah baiknya adalah tidak melupakan kodratnya. Kita nih yang perempuan kalo mau bener-bener ikut agama mah katanya sih istri ga usah kerja, biar suami yang kerja karena pahala jadi Ibu Rumah Tangga jauh lebih besar, sejujurnya saya pun belum benar-benar mengkaji hadistnya, yang pasti tujuannya pasti lah baik. Saya pribadi adalah pekerja, LDR an sama anak-anak tapi sampai saat ini saya bisa mengurus rumahku sendiri.

Ga mampu bayar pembantu?. Bukan, bukan itu tapi aku tahu diri, aku tinggal kerja anak-anak , aku cuma bisa siapin makanan dan perlengakapannya dari Sabtu sampai Senin, maka aku tidak mau ada orang lain yang kapasitas mengurus anak-anak dan rumah jadi jauh lebih besar. Menurutku 3 hari urusin rumah dan anak-anak memuaskan aku untuk menebus sisa hari aku tidak di rumah.

Setelah itu aku usahan video call setiap siang dan sore, sekedar menyiapkan anak-anak dari jauh, bantu kerjain PR dan tanya mau dimasakin apa, lalu aku pesan online bahan-bahannya dan minta orang rumah untuk siapkan menu anak-anak sesuai instruksiku, dan orang rumah ini bukan mba-mba tapi mama ku sendiri. 

Karena menurutku, ngurusin rumah bukan memperdebatkan soal "memangnya aku nikahin pembantu" atau soal "uang banyak, ngapain repot", bukan soal itu tapi aku lagi ngumpulin point pahala aja, yang segitu aja udah sangat sedikit.

Ko jadi ngomongin aku sih, maaf kelepasan.

Kembali ke Nia Ramadhani, menurutku dia sangat beruntung dengan segala yang dia miliki, berapa ribu atau jutaan wanita memimpikan di posisi itu, bahkan mungkin aku pun pernah bermimpi hal yang sama. Sayangnya aku sadar bahwa mimpi ketinggian bisa buat aku jatuh lebih dalam. 

Maka ketika video nya Viral bahwa dia ga bisa buka salak, aku sungguh heran. Pertanyaanny adalah, memang dia ga pernah lihat salak?, memang dia ga pernah makan salak?, memang ibu atau nenek atau keluarganya ga pernah kasih salak?, emang di TV ga ada yang kasih tau salak?, emang di Sekolah ga diajarin soal salak?, atau memang ga mau tau aja?.

Ini memang hak dia, tapi menurutku sangat keterlaluan. Dan anehnya setelah video ini Viral, orang malah ketawa-ketawa, karena tetap mengagumi seorang Nia Ramadhani. Yang aku khawatirin adalah ketidakmampuan membuka salak takut menjadi passion baru, sehingga anak-anak remaja yang nelen mentah-mentah menganggap bahwa tidak bisa buka salak itu keren. 

Maka tidak heran anak-anak sekaran dandan sih jago-jago, di IG video tutorial bejibun tuh gimana caranya dandan buat sekolah, malam mingguan, dandan ketemu gebetan sampai dandan mau tarawih aja ada tutorialnya.

Ealah nak, dandan sih dandan. Memang nanti kalau sudah berkeluarga hidup cuma urusin dandan doang?.

Nah sekarang rame lagi soal Nia Ramdhani bisa setrika. Ini fenomena apa siiiiiii....???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun