Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jika Waktu Dapat Kembali

29 Desember 2018   06:37 Diperbarui: 29 Desember 2018   13:00 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : theodysseyonline.com

Aku bingung, orang cari pekerjaan buat apa ya?

Kadang, saat jalan pulang tak bersahabat, pikiran-pikiran bergelayut mengajakku untuk sekedar berbicara dengan hati dan pikiranku atau sekedar mengingat orang-orang disekitarku atau mengharap seseorang menemani perjalanan pulangku. Entah kamu, dia atau mereka di sekelilingku yang berkenan untuk menyapa, tersenyum dan menandakan kehadirannya dalam tatapan mata yang berpindah dari satu titik ke titik yang lain.

Kata orang, kita bekerja adalah tanggung jawab moral saat sudah cape dan membuang uang untuk sekolah maka dibayar dengan sebuah pekerjaan. Kata orang bekerja adalah jati diri keberadaan manusia, ada pula yang menyebutkan bekerja menunjukkan tingkat sosialmu. Hmmmm, baiklah. Kalau itu alasannya, bolehkah sedikit bertanya? "Kamu bahagia dengan pekerjaanmu?"

Satu pagi aku diingatkan oleh kawan, katanya gara-gara kerja hidupnya malah ga karuan.

"Ko bisa?"

"Ya bisa, karena aku pulang malam terus, kerjaan numpuk, kayanya ga selesai-selesai"

Ohhh, oke keluhan diterima.

Lantas bila dengan bekerja saja kamu masih mengeluh, apa kabar jutaan manusia yang masih menengadahkan tangan untuk meminta tolong mencarikan pekerjaan?

Kau perlu tahu, hari ini saja aku dipertemukan dengan 5 orang yang sedang mencari pekerjaan. Bahkan 2 diantaranya aku tak mengenal mereka, entah apa maksud Tuhan, yang pasti aku bersyukur dalam lelahku, aku bersyukur dalam langkanya menyapa matahari dan aku bersyukur menjadi saksi rutin dari project pengerjaan "entah apa namanya" di sepanjang jalan tol Jakarta menuju Bandung.

Cape? hmmm jangan ditanya.

Lelah? hmmm aku rasa pertanyaannya masih sama saja.

Tapi yang perlu kamu ingat, aku bahagia. Aku dapat mempertanggungjawabkan keberadaan otak dan pikiranku kepada Tuhan. Aku dapat menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang-orang di sekelilingku, Minimal Tuhan tidak mubazir menciptakan aku.

Cita-citaku memang tidak tercapai, kau tahu cita-citaku? aku ingin menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan. Aku ingin ikut meningkatkan derajat seorang perempuan, aku ingin ikut membuka mata dunia bahwa perempuan adalah mahluk Tuhan yang rapuh dan perlu perlindungan. 

Tuhan belum menjawab permintaanku ini tapi setidaknya dengan cara Tuhan aku diijinkan untuk dapat membantu teman-temanku menyelesaikan masalah keluarganya. Wow, aku tak pernah menyadari bahwa aku diberi kemampuan oleh Tuhan untuk menjadi pendengar yang baik lalu menjadi tempat saling berbagi yang luar biasa.

Jika waktu dapat kembali inginnya aku belajar tentang manusia lebih banyak, inginnya aku memperdalam ilmu yang aku suka, bukan yang orang tuaku suka, ingin aku menjadi perpanjangan tangan bagi perempuan-perempuan yang tak berani untuk bersuara, ingin menjadi tempat berbagi bagi mereka yang merasa bahwa hidupnya terlalu sia-sia untuk dijalani.

Tapi memang waktu terus bergulir, jalani saja apa yang sudah Tuhan gariskan dan jangan pernah berhenti meminta. Kau harus percaya Tuhan akan memberikan yang kau minta disaat yang tepat.

Cukup hargai keberadaan dirimu tanpa harus melupakan bahwa kalau kau mengeluh, diluar sana bahkan tak berani untuk sekedar bersuara 1 huruf saja.

Bahagiakan dirimu dengan caramu sendiri tanpa harus melupakan bahwa bila kau menghujat, diluar sana ribuan orang menanti kosongnya kursimu.

Kita tak bisa memutar waktu tapi kita bisa membuat waktu kita sangat berarti.

Jalani saja dengan sumringah, tanpa kau sadari orang disekitarmu tak menginginkan kesedihan.

#281218

@KM32

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun