Dalam sadarku aku memahamiÂ
Aku bukanlah kau
Wibawa yang terbungkus dengan rapi
Membiusku untuk tunduk padamu
Kau berkuasa dengan telunjukmu
Firman Tuhan kau suguhkan dengan senimu
Membuatku terpasung secara nyata
Aku hidup antara ada dan tiada
Wahai Paduka
Aku permaisurimu, bukan selirmu
Namun ucapku tak pernah bermakna
Aku sang Ratu bukan budakmu
Namun jentikkan jari tak dapat berbantah
Aku ingin terpisah karena maut
Namun sepertinya jalan sangat terlalu jauh
Aku lelah diatas panggung
Namun rupanya layar sulit untuk tertutup
Wahai Paduka,
Ampunilah hamba yang sudah terkulai
Pijak kakiku saja sudah tak nampak
Hamba tak sanggup menanggungnya
Terlalu berat untuk kudekap
Aku ingin ke surga bersamamu
Namun sujudmu sulit untuk menyapa
Kuingin jadi makmummu
Bukan menjadi alas kakimu
Wahai Paduka,
Ampuni hamba yang telah mengumbar kuasamu
Kekuatanku hanya sampai disini
Tak sanggup aku memolesmu
Sudah tak cukup ruang untuk menjaga nilai sempurnamu
Tuhanku Dengan Segala Maha...
Cukupkan karma sampai disini
Ampuni segala ulahku
Jangan biarkan strata ini membunuhku
Aku ingin hidup
Tuhanku yang Maha Sempurna...
Janjilah padaku,
Ijinkan aku melompat menuju bintang
Biarkan aku terbang sebebasnya
Tuntun aku untuk mendaki tingginya gunung
Sepertinya Sang Raja lupa memperlakukan Ratunya
Sepertinya bisikku tak sanggup untuk menyadarkan
Hamba akui hamba lelah, ampuni  hamba wahai paduka
Hamba menyerah denganmu
Ampuni hamba dengan segala kekuranganku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H