Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ampuni Hamba Wahai Paduka

20 Agustus 2018   21:59 Diperbarui: 21 Agustus 2018   20:25 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sadarku aku memahami 

Aku bukanlah kau

Wibawa yang terbungkus dengan rapi

Membiusku untuk tunduk padamu

Kau berkuasa dengan telunjukmu

Firman Tuhan kau suguhkan dengan senimu

Membuatku terpasung secara nyata

Aku hidup antara ada dan tiada

Wahai Paduka

Aku permaisurimu, bukan selirmu

Namun ucapku tak pernah bermakna

Aku sang Ratu bukan budakmu

Namun jentikkan jari tak dapat berbantah



Aku ingin terpisah karena maut

Namun sepertinya jalan sangat terlalu jauh

Aku lelah diatas panggung

Namun rupanya layar sulit untuk tertutup

Wahai Paduka,

Ampunilah hamba yang sudah terkulai

Pijak kakiku saja sudah tak nampak

Hamba tak sanggup menanggungnya

Terlalu berat untuk kudekap

Aku ingin ke surga bersamamu

Namun sujudmu sulit untuk menyapa

Kuingin jadi makmummu

Bukan menjadi alas kakimu

Wahai Paduka,

Ampuni hamba yang telah mengumbar kuasamu

Kekuatanku hanya sampai disini

Tak sanggup aku memolesmu

Sudah tak cukup ruang untuk menjaga nilai sempurnamu

Tuhanku Dengan Segala Maha...

Cukupkan karma sampai disini

Ampuni segala ulahku

Jangan biarkan strata ini membunuhku

Aku ingin hidup



Tuhanku yang Maha Sempurna...

Janjilah padaku,

Ijinkan aku melompat menuju bintang

Biarkan aku terbang sebebasnya

Tuntun aku untuk mendaki tingginya gunung



Sepertinya Sang Raja lupa memperlakukan Ratunya

Sepertinya bisikku tak sanggup untuk menyadarkan

Hamba akui hamba lelah, ampuni  hamba wahai paduka

Hamba menyerah denganmu



Ampuni hamba dengan segala kekuranganku...


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun