Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Ada Judul

16 Agustus 2018   21:38 Diperbarui: 16 Agustus 2018   22:11 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inginnya tertawa,bahkan kalau boleh sampai terpingkal-pingkal. Melihat Si Ndul yang gundah gulana aku ingin mengejeknya, tapi aku tak berani, terlalu sayang aku sama kamu Ndul, tak bisa aku biarkan kau bersedih seperti itu.

"Kamu kenapa sih Ndul, kemarin kamu cerita tanpa rem, terus aja sampai aku hilang konsentrasi?"

"Gapapa, aku mau manyun aja"

"Lah, manyun aja sampe begitu amat, yo weis aku tinggal yah"

"Ehhhh, ko pergi, paksa suruh cerita dong"

Hahahahahhaha, ini nih yang aku suka dari dia, aku seperti mendapat adik sendiri yang memang sudah Tuhan siapkan untuk menemaniku disini.

"Kalau mau cerita, monggo, ampe berbusa juga aku dengerin. Bukannya kata kamu dengan bercerita bikin lega"

Ndul tambah manyun, aku iseng bawa penggaris, "ya ampun Ndul 15 senti"

"Apaan yang 15 senti sih?"

"Bibir kamu" 

Ndul marah tapi aku puas, Tuhan baik sekali, setiap hari ada saja yang buat aku tersenyum.

Sini aku kasih tau ya Ndul, kamu itu belum terikat. Kamu bebas melakukan apa saja. Siapapun belum bisa mengatur kamu.

" Iya jangan kayak kamu yah, apa-apa diatur jadi kaya mumi"

"Hush, manut itu kan dapat pahala Ndul, mungkin cara Tuhan untuk kasih tiket aku ke surga ya seperti ini, kalo aku berkeluh kesah, wajar lah Ndul, kan aku manusia, punya hati, punya rasa dan punya keinginan juga"

"Lah terus kamu kenapa suka nangis kalo kamu rasa itu pahala"

"Kan aku manusia, masa nda boleh nangis"
"Ya tandanya kamu ga bahagia, la itu kamu nangis kalo cerita"

Berisik nih si Ndul, mancing aja hobinya. Ntar kalo pintu air longsor berabe lo Ndul.

Aku tinggalkan Ndul sebentar, aku ko jadi bingung, dia yang punya masalah ko aku ya mikir.

Aku putuskan untuk mencari tempat yang tidak diketahui Ndul, aku butuh sendiri. Kali ini Ndul ga normal, ga bisa diajak cerita apalagi diminta saran.

Aku buka layar kecilku, sambil menunggu pesanan "pasangan setiaku" aku mulai menuangkan episode cerita yang tadi sudah di take.

Take 1

Sebuah Kisah Klasik Bukan Masa Depan

Pikiranku menuju ke beberapa tahun yang lalu, saat dimana aku merasa aku yang paling benar mengambil keputusan.

Begitu tersanjungnya aku, semua sahabatku berkata "kamu beruntung lo, bisa menaklukan dia". Dia susah bagai batu tapi kamu bisa.

Bodohnya aku sudah tau keras bagai batu, kenapa aku merasa menang telah mendapatkannya.

Terlambat, semua sudah menjadi takdir yang tidak mungkin mudah aku menolaknya. Aku terjebak.

Dalam putaran waktu aku bisa melakukan apa-apa, aku sangat mengerti fungsiku, akau sangat mengerti kodratku dan aku sangat mengerti apa yang harus aku lakukan. 

Aku manut.

Tak kuijinkan siapapun memasuki ranahmu, begitupun dengan aku. Aku sadar garis tegasmu mengatakan, bahwa kau adalah sang pemegang kendali.

Aku manut.

Dalam sadar yang sangat penuh aku pun berjanji, aku akan selalu kuat. Karena aku wanita hebat yang kuat dan tegar. Aku bisa.

Sayang, sekuatnya batu tak akan mampu menahan tetesan hujan terus menerus.

Aku terluka.

Dan kau masih saja bertanya, tentang hal yang seharusnya tak kau tanyakan. Kemana saja kau selama ini.

Pasangan setiaku sudah datang,membuyarkan konsenstrasiku saja. Selamat datang hey kopi hitamku, temani aku disini sekarang.

Take 2

Sepenggal Drama Kuno Tak Diharapkan

Senyum kecut ini tak berani beranjak, terlalu murka aku untuk mengingat. Tak ada yang tahu, aku hancur.

Baru aku tersadar, aku memang terlalu kuat. Pijakanku nyaris menjadi fosil.

Aku mampu manjadi aktris hebat tak tertandingi, semua tertipu. Aku berhasil menjadi perempuan luar biasa.

Keinginanku untuk membuat sekelilingku selalu bahagia telah berhasil membentuk aku menjadi seorang Putri Kerajaan

Selalu aku menebar hal yang baik, dibalik sedih tak berujung.

Selalu aku ulurkan tangan, dibalik duka tak tertahan.

Mulutku selalu kelu hanya untuk berkata tidak, bahkan terlalu lemah untuk berteriak satu oktaf saja.

Bruk...

Duh Si Ndul ko ada disini, aku tutup layar kecilku, tak sampai aku ke take 3.

"Kamu tuh bener-bener yah, hobi ko kaya si Jini"

"Apaan sih, Ndul???Siapa Jini, aku taunya jin dan jun"

"Ya, itu temennya yang suka ngilang itu lo"

"Duit Ndul yang suka ilang"

Hahahhahah Ndul manyun lagi, senyum kecutku sudah berubah 

Aku seruput pasangan setiaku, aku tutup kupingku rapat-rapat. Aku ambil pikiranku.

Beberapa detik benar-benar aku terlupa, aku hanya ingin mengingat tawaku akhir-akhir ini.

Hey sang pengisi tawa, apa kau merasakan. Aku rindu.

Jelas kau tak merasa, karena memang rinduku hanya aku kirim tidak untuk berbalas.

Hariku akan kembali berat, aku tak bisa melihatmu.

Akan aku simpan lekat-lekat bau wangi tubuhmu. Cukup untuk menemani di hari-hariku.

Kau ikutlah aku terus walau aku tak bisa memelukmu.

***

Je t'aime #1608

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun