Grab them by the pu**y. Oh maaf salah, maksudnya Make America Great Again. Ya, slogan itulah yang akhirnya membawa Donald J. Trump seorang businessman memenangkan kontestasi politik tertinggi di Amerika Serikat. Ya walaupun faktor kemenangannya bukan sekadar dari slogan juga sih
Ya tapi mau bagaimana pun resmi sudah Donald J. Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 setelah beberapa hari lalu berhasil mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan yang dilaksanakan serentak di seluruh wilayah dan negara bagian yang terdapat Amerika Serikat.
Siapa sangka orang yang dianggap nyeleneh, tokoh yang dianggap penuh kontroversi dapat memenangkan kontestasi politik terbesar di Amerika Serikat mengalahkan lawannya yang dianggap jauh lebih berpengalaman dalam bidang politik mengalahkan dirinya.
Jika dilihat kebelakang tokoh yang satu ini memang lebih terkenal dengan kiprahnya sebagai pengusaha atau businessman dibandingkan dengan kiprahnya di panggung politik. Siapa yang tidak kenal Trump? Businessman eksentrik ini adalah salah satu milyuner dunia dengan banyak bisnis dan perusahaan-perusahaan hampir di segala sektor.
Terpilihnya ia sebagai kandidat kuat calon Presiden Amerika Serikat mewakili Partai Republik tentunya boleh dibilang mengejutkan. Sosok Trump yang penuh dengan kontroversi menambah keterkejutan banyak orang. Mengalahkan calon-calon kuat lainnya dari Partai Republik ia melenggang menantang saingan terberatnya dari Partai Demokrat Hillary Clinton.
Kontroversi memang tidak bisa dipisahkan dari sosok Trump. Sejak memulai kampanye politiknya, kontroversi tidak bisa dipisahkan dari sosoknya terutama mengenai pernyataan-pernyataannya tentang isu-isu seputar ras, golongan, agama, sexist, imigran dan yang tidak kalah penting masalah ekonomi dan perdagangan Amerika.
Dalam hal ekonomi banyak pengamat menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan yang Trump janjikan dalam beberapa kampanye politiknya dapat memicu perang dagang atau war trade terutama dengan Tiongkok dan Meksiko.
Dalam beberapa pidatonya mengenai ekonomi dan perdagangan Trump memang memiliki keinginan untuk membatasi produk-produk dari Tiongkok dan negara lainnya untuk masuk ke Amerika. Bahkan untuk produk-produk Tiongkok yang masuk ke Amerika Trump ingin mengenakan bea masuk impor di atas 40%. Gimana gede kan bro?
Di luar kebijakannya mengeluarkan bea masuk di atas 40% terhadap Tiongkok, Trump memang sepertinya sudah kesal sekali sama produk-produk Tiongkok yang membanjiri Amerika sehingga membuat banyak perusahaan Amerika yang juga banyak dimiliki oleh teman-teman Trump sendiri gulung tikar akibat tidak mampu bersaing dengan produk-produk Tiongkok.
Trump bahkan menganggap produk-produk Tiongkok hanyalah produk-produk copy paste yang ditiru dari negara lain dengan mencuri kekayaan intelektualnya (Wahhh bisa rame nih kasus, ibaratnya udah gondok banget nih orang sampe ke ubun-ubun sama produk-produk Tiongkok, gak cuma Tiongkok sih Meksiko juga).
Tiongkok dan Meksiko mungkin saat ini sedang ketar ketir panas dingin pusing tujuh keliling memikirkan masa depan industri perdagangan mereka. Namun jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas mungkin tidak hanya Tiongkok dan Meksiko yang saat ini sedang ketar ketir atas terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika ke-45.
Jika negara sebesar Tiongkok yang menjadi acuan pertumbuhan ekonomi Asia goyang tentu negara-negara Asia lainnya akan ikut goyang. Dengan menurunnya nilai ekspor produk Tiongkok ke Amerika tentu akan mempengaruhi pembelian Tiongkok terhadap material-material mentah dari negara-negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, dll.
Asal tahu saja, sebagai contoh sampai saat ini nilai ekspor bahan baku seperti batubara, karet, timah, kelapa sawit, nikel dari Indonesia ke Tiongkok jumlahnya cukup besar. Hal ini tentu saja mau tidak mau harus diakui akan sedikit banyak mempengaruhi juga nilai ekspor bahan baku dari Indonesia dan negara-negara Asia lainnya terhadap Tiongkok.Â
Kegalauan ekonomi yang ditimbulkan dari terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika juga tidak hanya ditimbulkan dari keinginan Trump membatasi produk-produk Tiongkok dan Meksiko yang masuk ke Amerika tapi juga dikarenakan kebijakannya yang anti dengan perdagangan bebas atau keinginannya membatasi barang-barang impor yang nantinya akan masuk ke Amerika. Wow ajegile nih orang.
Sekali lagi kebijakannya ini cukup membuat panas dingin dan pusing tujuh keliling bagi negara-negara yang selama ini perdagangannya atau nilai ekspornya cukup tinggi ke Amerika. Dan dari sekian banyak negara tersebut Indonesia adalah salah satu di antaranya.
Patut diakui suka tidak suka, mau tidak mau bahwa memang selama ini Amerika menjadi salah satu negara tujuan ekspor bagi produk-produk Indonesia (Jadi ente-ente yang selama ini anti-Amerika tolong lah berterima kasih sedikit sama Amerika, hehehe).
Jadi, apakah dalam beberapa hari ini setelah Trump dinyatakan menang Pemilu di AS adakah yang sudah melihat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Atau adakah yang sudah melihat nilai IHSG setelah terpilihnya Trump atau nilai IHSG dalam penutupan terakhirnya di Jumat sore kemarin gimana? Gurih-gurih enyoyyy tohhh.
Jadi, tidaklah lebay bukan jika mengatakan dengan terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika ke-45 membuat galau perekonomian di beberapa Negara terutama di Asia khususnya di Indonesia. Mungkin di antara teman-teman ada juga yang tidak sependapat dengan saya. Kalau saya sih bebas saja lah wong saya juga bukan ekonom kok, hehehe.
Galau tidaknya perekonomian di beberapa negara setelah terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika ke-45 mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap kita. Tapi alangkah lebih baiknya jika kita sedari dini sudah bersiap untuk menghadapi badai yang kita sendiri tidak tahu kapan datangnya. Saya sih berharap itu badai tidak akan pernah datang.
*) Sumber gambar: Adweek.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H