kau sudah mulai malu-malu kalau kupeluk, nak..apalagi kucium
tak betah berlama-lama
kau hanya memandang sambil tersenyum-senyum ketika adikmu justru meminta kupeluk, “aku teh mau peluk bunda..”
kau bergegas mendatangiku ketika aku menjerit, dan matamu bertanya “Bunda, kenapa?”
kau menatapku lekat ketika kita menonton film sedih dan aku meneteskan air mata
kutahu kini, kau belajar “bersikap” dariku, secara sembunyi-sembunyi
kau bertanya padaku tentang banyak hal
kuusahakan menjawab semua sebatas pemahamanku
kau tanya mengapa sesuatu tidak boleh dilakukan
dan kau bertanya ulang ketika melihatku melakukan hal sebaliknya
kau memastikan konsistensiku
kau memastikan integritasku
kutahu kini, aku belajar banyak darimu
kau memohon padaku untuk tidak memarahimu ketika sesuatu yang salah kau lakukan..
kupastikan tak kan kulakukan sepanjang kau jujur mengakuinya
dan binar matamu hidup lagi
kau tak pernah tantrum jika sesuatu yang kau inginkan tak kami kabulkan, sejak balita
membuat ayahmu justru memanjakanmu melebihi perlakuannya terhadap adikmu kini
tapi kau selalu menanyakan pada ayah, “kenapa bunda nggak ayah belikan..?”
sambil kau bawa selalu double things untuk kau bagi dengan adikmu
aku selalu punya dua waktu untukmu, nak
waktu sebagai ibumu, dan waktu sebagai temanmu
kombinasi yang membuatmu kadang menemukanku menjadi seorang yang tega “melecut” nyalimu
membuatmu menemukanku dalam wajah “dingin” enggan bermain-main denganmu
membuatmu menemukanku dalam hangat yang menyamankanmu, tergambar itu di matamu
membuatmu menemukanku tersenyum membanggakanmu dan binar matamu melepas was-was
maaf, nak
aku tak pernah berdiri di pihakmu ketika kau salah
aku tak pernah membelamu ketika kau berkelahi dengan adikmu (tapi tidak juga membela adikmu)
meski kau adalah kado pertama buat ayah dan bunda
bukti kesempurnaan bunda sebagai wanita di mata ayahmu
kau adalah amanah
dan aku kelabakan setiap kali mengingat itu
aku khawatir tak mengantarmu menjadi seseorang yang sesuai fitrah
apa yang kulakukan terhadapmu mungkin tidak tepat
karenanya aku menautkannya dengan doa-doa..
aku sekadar mengantarmu, nak..
mengenali dunia, mengenali-Nya
kau sendiri yang akan menemukan Dia, yang benar-benar menjadi Pemandumu
semoga..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H