Bukankah lebih indah ketika kita bergandengan tangan membangun negeri bila dibandingkan dengan menyelesaikannya seorang diri. Seseorang yang benar menjalankan ajaran kepercayaannya, orang tersebut pasti memiliki toleransi yang tinggi terhadap orang dengan kepercayaan lain. Tidak ada keyakinan yang mengajarkan pengikutnya untuk berbuat jahat dan menganggap musuhi saudaranya meskipun berbeda kepercayaan.
Belakangan ini berbagai surat kabar dalam bentuk cetak maupun elektronik memuat berita mengenai survei akan kota di Indonesia yang toleran, Setara Institute melakukan survei dengan menggunakan empat variabel yang digunakan sebagai alat ukur yaitu regulasi pemerintah kota, tindakan pemerintah, regulasi sosial dan demografi agama.
Hasilnya seperti diketahui bersama yaitu Singkawang dinobatkan sebagai kota paling toleran di tahun 2018, sedangkan kota yang menduduki peringkat terbawah dari 94 kota yaitu Tanjung Balai. Jakata sebagai ibukota negara berada di peringkat ketiga dari bawah. Tentunya Setara Institute mendapatkan data survei tidak dengan sembarangan, adanya pertemuan dengan para ahli dan teknik triangulasi sumber.
Hasil survei tersebut tidak bermaksud untuk merendahkan kota satu sama lain namun menjadi pemantik untuk kota lain supaya merefleksi diri sehingga kejadian-kejadian intoleransi tidak terulang kembali dan jangan sampai berkembang di tengah kehidupan bermasyarakat.
Dengan merujuk berbagai sumber yang telah disebutkan diatas maka para pembaca tentunya bijak dalam mengambil sikap dalam menghadapi permasalahan di negri ini dengan kepala dingin. Zaman perjuangan mengusir penjajah, seluruh rakyat Indonesia bersatu padu untuk memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia tanpa memandang saudara seperjuangan berasal dari agama, suku, dan budaya apa.
Hal seperti inilah yang kita inginkan agar toleransi tidak memudar seiring berjalannya waktu. Budaya asing yang masuk serta mengarah ke unsur negatif jangan sampai mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sehingga kita melupakan perjuangan para pahlawan yang dahulu mengusir penjajah.
Budaya toleransi dan santun merupakan budaya ketimuran yang harus selalu dijunjung tinggi karena hal ini merupakan warisan nenek moyang yang tidak boleh digantikan dengan apapun. Â Â
Tidak ada salahnya memupuk kembali rasa toleransi tersebut di dalam hubungan bermasyarakat. Menanamkan kembali norma-norma yang sesuai dengan adat ketimuran melalui pembelajaran agama dan juga kehidupan sosial seperti zaman berakhirnya orde baru.
Tentunya kita semua tidak mau sesama warga negara satu sama lain saling serang dan menyalahkan tanpa sebab yang jelas. Sampai kapanpun budaya toleransi akan tetap ada sampai anak cucu kita penerus bangsa, jangan sampai pudar termakan budaya dan teknologi kekinian. Peradaban zaman dan teknologi canggih boleh maju namun toleransi akan tetap menjadi budaya bangsa Indonesia.
Referensi :