Mohon tunggu...
Citra Permatasari
Citra Permatasari Mohon Tunggu... Administrasi - ikuti kata hatimu tapi gunakan juga otakmu

Saya menyukai hal apapun yang menarik dan baru, senang bertemu dan diskusi dengan orang baru juga. Hidup itu unik, Tuhan menciptakan seseorang manusia bukan tanpa tujuan. Setinggi apapun sekolahmu, sopan santunmu tetap harus dijaga, dimanapun dan kapanpun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Toleransi yang Mulai Pudar

19 Desember 2018   15:47 Diperbarui: 19 Desember 2018   16:02 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bukankah lebih indah ketika kita bergandengan tangan membangun negeri bila dibandingkan dengan menyelesaikannya seorang diri. Seseorang yang benar menjalankan ajaran kepercayaannya, orang tersebut pasti memiliki toleransi yang tinggi terhadap orang dengan kepercayaan lain. Tidak ada keyakinan yang mengajarkan pengikutnya untuk berbuat jahat dan menganggap musuhi saudaranya meskipun berbeda kepercayaan.

Belakangan ini berbagai surat kabar dalam bentuk cetak maupun elektronik memuat berita mengenai survei akan kota di Indonesia yang toleran, Setara Institute melakukan survei dengan menggunakan empat variabel yang digunakan sebagai alat ukur yaitu regulasi pemerintah kota, tindakan pemerintah, regulasi sosial dan demografi agama.

Hasilnya seperti diketahui bersama yaitu Singkawang dinobatkan sebagai kota paling toleran di tahun 2018, sedangkan kota yang menduduki peringkat terbawah dari 94 kota yaitu Tanjung Balai. Jakata sebagai ibukota negara berada di peringkat ketiga dari bawah. Tentunya Setara Institute mendapatkan data survei tidak dengan sembarangan, adanya pertemuan dengan para ahli dan teknik triangulasi sumber.

Hasil survei tersebut tidak bermaksud untuk merendahkan kota satu sama lain namun menjadi pemantik untuk kota lain supaya merefleksi diri sehingga kejadian-kejadian intoleransi tidak terulang kembali dan jangan sampai berkembang di tengah kehidupan bermasyarakat.

Dengan merujuk berbagai sumber yang telah disebutkan diatas maka para pembaca tentunya bijak dalam mengambil sikap dalam menghadapi permasalahan di negri ini dengan kepala dingin. Zaman perjuangan mengusir penjajah, seluruh rakyat Indonesia bersatu padu untuk memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia tanpa memandang saudara seperjuangan berasal dari agama, suku, dan budaya apa.

Hal seperti inilah yang kita inginkan agar toleransi tidak memudar seiring berjalannya waktu. Budaya asing yang masuk serta mengarah ke unsur negatif jangan sampai mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sehingga kita melupakan perjuangan para pahlawan yang dahulu mengusir penjajah.

Budaya toleransi dan santun merupakan budaya ketimuran yang harus selalu dijunjung tinggi karena hal ini merupakan warisan nenek moyang yang tidak boleh digantikan dengan apapun.   

Tidak ada salahnya memupuk kembali rasa toleransi tersebut di dalam hubungan bermasyarakat. Menanamkan kembali norma-norma yang sesuai dengan adat ketimuran melalui pembelajaran agama dan juga kehidupan sosial seperti zaman berakhirnya orde baru.

Tentunya kita semua tidak mau sesama warga negara satu sama lain saling serang dan menyalahkan tanpa sebab yang jelas. Sampai kapanpun budaya toleransi akan tetap ada sampai anak cucu kita penerus bangsa, jangan sampai pudar termakan budaya dan teknologi kekinian. Peradaban zaman dan teknologi canggih boleh maju namun toleransi akan tetap menjadi budaya bangsa Indonesia.

Referensi :

https://republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/02/12/ol9ec0408-toleransi-dalam-bingkai-nkri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun