Mohon tunggu...
Citra Permatasari
Citra Permatasari Mohon Tunggu... Administrasi - ikuti kata hatimu tapi gunakan juga otakmu

Saya menyukai hal apapun yang menarik dan baru, senang bertemu dan diskusi dengan orang baru juga. Hidup itu unik, Tuhan menciptakan seseorang manusia bukan tanpa tujuan. Setinggi apapun sekolahmu, sopan santunmu tetap harus dijaga, dimanapun dan kapanpun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketimpangan Sosial Berkorelasi dengan Pendidikan

15 Agustus 2018   11:50 Diperbarui: 15 Agustus 2018   13:05 1840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahalnya biaya pendidikan setelah wajib belajar 9 tahun membuat keluarga dengan taraf ekonomi menengah ke bawah tidak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena alasan biaya dan ekonomi keluarga yang pas-pasan. Pendapatan keluarga mereka yang rata-rata hanya cukup untuk menyambung hidup dengan makanan, alokasi biaya kesehatanpun tidak ada apalagi biaya untuk pendidikan.

Wacana mengenai beasiswa terkadang tidak merata di lingkungan sekolah, terkadang beasiswa salah sasaran siswa dan hal ini kurang mendapatkan perhatian khusus dari pihak sekolah. Siswa yang pada umumnya menerima di beasiswa berada di kondisi keluarga menengah ke bawah untuk berbagai keperluan siswa tersebut untuk mengikui kegiatan sekolah.

Dalam hal seperti ini bagian kesiswaan juga harus adil dan netral dalam penyampaian beasiswa karena hal tersebut dilaporkan serta dipertanggungjawabkan, menyangkut nama baik sekolah juga. Namun kita lihat di lapangan, kenyataannya beasiswa tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Hal-hal tersebut merupakan gambaran masalah sosial dan pendidikan di tengah masyarakat.

Potret pendidikan kita di wilayah timur Indonesia sangat jauh berbeda dengan pendidikan di bagian barat Indonesia. Bila kita lihat di berbagai cerita di media masa bahwa minimnya tenaga pendidik, fasilitas pendidikan serta hal-hal lain yang menunjang pendidikan membuat pendidikan disana jauh dari kata layak.

Anak-anak terkadang jarus menempuh jarak yang cukup jauh dengan medan tempuh yang sulit, membuat miris bagi kita semua yang melihatnya. Kelas yang hanya beratap daun serta berdinding triplek, tidak menghalangi semangat anak-anak tersebut meraih mimpi bersekolah. Terkadang TNI dan POLRI yang bertugas di perbatasan menjadi tenaga pendidik untuk anak-anak ini. Keterbatasan teknologi informasi berupa internet dan juga alat teknologi yang canggih tidak sedikitpun menurunkan semangat dalam bersekolah.

Betapa ironisnya sekolah di perkotaan berebut beasiswa sedangkan teman-teman di wilayah timur Indonesia bersekolah dengan mengandalkan niat dan harapan saja. Pemerataan pembangunan terutama bidang sosial dan pendidikan harusnya lebih terarah dan terfokuskan bagi anak-anak yang benar-benar membutuhkan bantuan pendidikan, terutama di wilayah Indonesiaa bagian timur karena Indonesia bagian timur juga bagian dari negara Indonesia yang perlu pemerataan pembangunan juga demi kemajuan negeri kita tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun