Mohon tunggu...
Citra Permatasari
Citra Permatasari Mohon Tunggu... Administrasi - ikuti kata hatimu tapi gunakan juga otakmu

Saya menyukai hal apapun yang menarik dan baru, senang bertemu dan diskusi dengan orang baru juga. Hidup itu unik, Tuhan menciptakan seseorang manusia bukan tanpa tujuan. Setinggi apapun sekolahmu, sopan santunmu tetap harus dijaga, dimanapun dan kapanpun.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilih Agama atau Politik?

19 April 2018   08:21 Diperbarui: 19 April 2018   08:39 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharusnya agama menjadi landasan moral dalam kegiatan pilkada. Kepentingan 5 tahun jangan sampai mengorbankan kepentingan jangka panjang, wacana semacam ini perlu digalakkan menjelang pilkada daerah maupun pusat. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari kepulauan, berbagai macam budaya, suku adat, serta agama. Isu suku, agama, dan rasa (SARA) masih menjadi topik utama di negeri kita tercinta Indonesia. Dasar hukum kebebasan beragama di Indonesia diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28E ayat 1

"Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan, dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali."

Ada pembatasan untuk hak asasi tersebut seperti yang tertulis dalam UUD'45 Pasal 28 J : 

  • Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
  • Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Seringkali isu mengenai agama disisipi unsur-unsur politik berpotensi menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Penyebaran ujaran kebencian dan kampanye terselubung (black campaign) melalui dunia maya (sosial media) makin marak menjelang pilkada 2018. Potensi terbesar yang memicu konflik horizontal adalah isu sara dalam konteks politik menjelang pilkada. 

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religious dalam beragama, maka dari itu agama dijadikan alat utama untuk mengumpulkan dan memobilisasi banyak maSsa dari berbagai kalangan. 

Tidak hanya sekali dua kali, isu sara digunakan untuk mempengaruhi opini publik karena saat ini masih menjadi hal yang aktual dan memiliki daya tarik terbesar. Terkadang para tokoh agama dan masyarakat terlibat dalam panggung politik yang bertujuan untuk memenangkan kontestan politik tertentu. 

Permasalahan inilah yang seolah-olah menjadi masalah yang sulit untuk diuraikan dari waktu ke waktu. Agama dijadikan kendaraan politik untuk kepentingan kekuasaan kelompok tertentu akibatnya konflik serta perseteruan antar peserta pilkada dan para pendukungnya rentan terjadi.

Seiring perkembangan jaman semakin canggih dengan berbagai alat teknologinya yang mutakhir, pola pikir masyarakat juga dituntut harus semakin maju dan modern. Banyaknya generasi muda yang berprestasi di kalangan dalam negeri dan internasional harusnya menjadi alat pacu bagi generasi lainnya agar semakin terbuka ideologinya tanpa melupakan identitas agama dan kebangsaan. Di jaman yang semakin modern ini peran agama masih sangat penting untuk menjaga dan merawat moralitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Pesan-pesan agama yang bersifat ideal dan moral menjadi unsur utama dalam kehidupan bermasyarakat sehingga diharapkan mampu meminimalisir pemicu konflik yang seringkali menjadi momok di tengah masyarakat. Jangan sampai kepentingan segelintir orang tertentu yang haus kekuasaan membawa pengaruh kurang baik dalam hidup bermasyarakat. Pesan-pesan tertentu yang berbau agama diselipkan dalam orasi politik menjelang pilkada, menjadi awal perseteruan satu sama lain dan bisa menjadi pemicu konflik di berbagai kalangan masyarakat.

Agama memiliki pengaruh dominan dalam praktek keidupan bermasyarakat. Tokoh-tokoh agama yang  cukup terpandang dalam masyarakat diharapkan bisa tetap berada pada posisi adil dan netral dalam pelaksanaan demokrasi serta tidak lupa memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Mengacu pada hal tersebut, netralitas menjadi satu acuan bagi warga masyarakat pada umumnya untuk tidak terpengaruh dengan permainan politik yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama.

Tidak ada satupun agama yang menanamkan ajaran yang negatif, hanya saja seringkali ajaran tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang berkepentingan untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan yang dipandang kurang berkenan  di hati. Tidak sedikit kejadian di masyarakat yang berawal dari kegiatan politik kemudian berujung pada konflik yang mengatasnamakan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun