Beberapa waktu yang lalu, salah seorang komika kenamaan dari tim Majelis Lucu Indonesia (MLI), Reza Pardede atau yang lebih dikenal Coki Pardede, tertangkap oleh pihak kepolisian karena terbukti menggunakan barang terlarang, sabu, dengan barang bukti sabu seberat 0,5 gram.
Beragam reaksi muncul tentang hal ini. Sewajarnya hidup manusia, pasti ada pro dan kontra dalam semua aspek, termasuk kasus penangkapan bang Coki Pardede ini. Secara hitungan persentase, dikasus bang Coki Pardede ini jelas lebih banyak yang pro dibanding yang kontra. Yang kontra? Entahlah.. Mungkin tidak ada peng-aamiin-an kalo buat kasus narkoba, ya' kan?
Sangkut paut pun dilakukan sebagaimana biasanya. Yang paling banyak pada kasus ini ya tentu; menyangkut pautkan dengan 'azab' dari Tuhan karena bang Coki sudah sering 'menertawakan agama'.
Tapi, terlepas dari salahnya perilaku salah satu komika naik daun ini, kiranya ada beberapa hal yang benar-benar bisa kita jadikan pelajaran:
1. Sebuah Bukti nyata dari Kasus Bang Coki, Bahwa Orang yang Selalu Menghibur dan Membuat Orang Lain Ketawa, Bisa Jadi, Dialah yang Paling Banyak dan Besar Masalahnya.
Ini dapat diketahui dari pernyataan seorang tokoh yang menjadi "pembimbing masalah" bang Coki pada sebuah platform podcast ternama. Dikatakan bahwa beliau memiliki masalah yang sangat kompleks, lumayan berat, bahkan mungkin belum selesai. Â Yang lebih mengejutkannya lagi, sampai-sampai dikatakan, 'psikisnya sudah kena'.
Iya, komedian juga manusia biasa, komedian bukan manusia super yang lepas dari masalah dan hidupnya selalu baik-baik saja. Bisa saja di luarnya tampak ceria, tapi ternyata bisa saja di pundaknya terdapat begitu banyak masalah yang bahkan dirinya pun kebingungan harus bagaimana.
2. Pelajaran Tentang Solidaritas Sejati Seorang Teman atau Sebuah Tim Ketika Anggotanya Ada yang Bermasalah.
Ketika mereka menyadari salah satu anggotanya ada yang berperilaku 'aneh', mereka langsung mengambil tindakan nyata untuk membuat anggota tersebut 'sembuh'.informasi ini juga diambil langsung dari 'orang dalam' tim yang diikuti oleh komika tadi, yang dinyatakan dalam platform podcast yang sama.
Tidak menjauhi atau meninggalkan teman yang sedang bermasalah. Menjadi teman dengan fungsi yang sebenarnya, memanusiakan manusia. Bukan teman sekadar di mulut, tapi menjauhi teman yang sakit atau bermasalah. Terlihat, adanya solidaritas dan loyalitas tinggi diantara mereka.
3. Kepekaan Terhadap Perilaku Seorang Teman.
Ngga terlalu jauh poinnya sama yang kedua. Menurut partner kerja bang Coki, ketika sedang nongkrong bersama tim, Bang sering langsung menghilang dan menyendiri.Â
Bukan tindakan cuek seperti, "yaudah biarin aja, emang dia mah begitu orangnya". Tapi yang muncul adalah empati sosial, "ada apa dengan dia" sampai akhirnya, perlahan tapi pasti, terkuak semua. Mulai dari masalah besar yang sedang dialami komika tersebut sampai 'terciduk' oleh anggota kepolisian atas kasus ketergantungan obat terlarang.
Kepekaan ini menjadi sebuah hal penting. Karena berapa banyak orang yang depresi, kesehatan mentalnya terganggu, terterungku di dalam masalah yang besar, berakhir dengan memutuskan untuk menghabisi hidup. Dukungan nyata orang-orang sekitar menjadi penguat dan tameng yang bisa dilakukan untuk mencegah hal buruk itu terjadi.
4. Â Tutup Mulut Atas Masalah yang Dialami Seorang Teman.
Selama ini, masyarakat atau netizen sama sekali tidak mengetahui kalau ternyata bang Coki sedang mengalami permasalahan besar yang kompleks, terkena 'gangguan' psikis, dan lainnya yang dapat di dengar penjelasannya di podcast serupa. netizen hanya melihat dari perilaku si komika yang 'nyeleneh' dan 'keluar jalur'.
Tim dan bahkan partner dari bang Coki tidak pernah membuka mulut tentang apa yang terjadi di belakang layar sebenarnya. Tidak menjadikan itu sebagai konsumsi publik.
5. Â Keadilan Sosial Masih Milik Si Good Looking.
Kalo kita inget-inget lagi ke belakang, ada salah satu aktor yang terjerat kasus yang sama. Tapi, gimana respon netizen? Yang dukung, banyaaak. Mungkin ada sebab mereka melakukan pembelaan. Ya walaupun kalo kita nelisik lagi, banyak para good looking yang terjerat kasus, dan dibela. Jadi? Apakah mungkin benar, "Pada akhirnya, seseorang akan membela apa yang ingin mereka bela, bukan kebenarannya"? Pendapat pembaca gimana?
Ini adalah 5 pelajaran yang kiranya bisa kita ambil dari kasus penagkapan Reza Pardede atau Coki Pardede, tentang bagaimana membantu teman yang kesusahan, dukungan yang tidak berhenti ditunjukan, tidak menjadikan penyakit seorang teman sebagai konsumsi publik.
Semuanya adalah opini dari penulis berdasar apa yang penulis perhatikan. Kalian kurang setuju? Silakan, berdiskusi itu baik. Ada tambahan? Silakan kontak penulis pada sosial media yang tertera.
Terakhir, memang bang Coki salah. Ini bukan membela beliau. Tapi, kita sama-sama sudah belajar, "dibalik sesuatu, pasti ada hikmah yang bisa diambil". Mari, lihat hikmah tersebut. pelajari. supaya kita bisa terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Dan ya, Coki Pardede ketangkep itu bagus, karena kita bisa mengambil pelajaran dari sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H