Mohon tunggu...
Hidwar Norseha
Hidwar Norseha Mohon Tunggu... Guru - PNS

Berbuat yang terbaik demi membahagikan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak dengan Kebiasaan Berkata Kotor dan Buruk

11 Juli 2020   04:57 Diperbarui: 11 Juli 2020   04:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jateng.tribunnews.com

Akarnya Baik, Cabangnya Juga Baik

Pada dasarnya seorang anak tidak cenderung berkata-kaya kotor. Barangkali anak tersebut mempelajari dari orangtuanya, saudaranya, atau mungkin juga teman-teman sekolahnya, juga teman bermain.

Namun, tetap saja pengaruh maksimal adalah berasal dari orangtuanya. Sebagian besar kehidupan anak dihabiskan bersama orangtua dan saudaranya di rumah.

Oleh karena itu kebiasaan kata kotor yang sering didengarkan di rumah baik diucapkan oleh ayah, ibu, maupun saudaranya menjadi lekat dalam telinganya, kemudian dianggap biasa.

Jika anak tak pernah mendengar kata kotor dari telinganya pasti kamus kata kotor itu tak akan ada di kepalanya. Begitu pun ketika akan mengucapkan pasti yang bersangkutan akan merasa risi.

Di samping itu, ketika kata-kata kotor keluar dari mulut anak, orangtua maupun saudara yang tak biasa mengucapkan kata kotor tentu saja akan menegur. Kemudian memberitahu bahwa apa yang diucapkan sungguh tak layak dan tak pantas.

Beberapa orangtua, kadang dalam keadaan bergurau atau dalam kondisi marah sering mengucapkan kata-kata yang buruk kepada anak-anaknya.

Dengan cara serampangan ini, mereka sebenarnya sedang memberi pengasuhan yang keliru kepada anak-anaknya.

Beberapa rumah tangga memang ada yang menggunakan kata-kata buruk dalam ucapannya. Kata-kata seperti, anjing, anak anjing, induk anjing,  bodoh, idiot, dasar keledai tua, binatang, tak punya malu, dan lain-lain merupakan sebutan yang dilontarkan satu sama lain dalam rumah tangga semacam itu. Kadang dengan maksud bercanda atau dalam kondisi marah.

Saya jadi teringat ketika dulu ada sebuah istilah yang biasa digunakan untuk sekedar bercanda. Saat keceplosan terucap, "lebay ah!" padahal hanya bercanda. Anak pun akhirnya ikut mengucapkan kata tersebut.

Seperti senjata makan tuan akhirnya. Pada saat anak mengucapkan kata itu kepada saya, "Mama lebay ah!" jadi teriris juga perasaan ini. Apalagi jika yang terucap dahulu itu kata-kata kotor.

Pada saat ketika masih kecil mereka diajari untuk memanggil saudara dengan sebutan kakak-adik maka hingga mereka besar pun kebiasaan itu tetap jadi sebutan. Apabila sebutan yang digunakan adalah panggilan nama maka panggilan nama pun akan melekat pada sebutan mereka satu sama lain.

Pasti akan sangat santun ketika yang muda memanggil 'kakak' pada yang lebih tua. Sementara yang lebih tua memanggil 'adik' pada yang lebih muda.

Jika kebiasaan tersebut telah mendarah daging, pada saat mereka bermain dengan teman-teman sebaya mereka pun, kadang sebutan kakak-adik masih ikut terbawa. Dan sungguh nikmat didengarnya.

Badingkan saja jika mereka menggunakan sebutan buruk. Memanggil teman-temannnya dengan kata buruk. Pasti telinga pendengarnya akan terasa risi.

Sejak semula tugas orangtua adalah memberikan contoh kelembutan pada anak-anaknya dalam hal sebutan. Tak ada salahnya memanggil kakak, atau adik untuk memberikan contoh pada saudaranya.

Bila kemudian mendapati anak keceplosan mengucapkan kata buruk, cara terbaik adalah mengoreksi anak dengan lembut seraya menjelaskan kepadanya tentang pengaruh buruk melontarkan kata-kata tidak senonoh.

Dalam Islam diajarkan bahwa Allah mengharamkan orang yang melontarkan kata-kata buruk dan dipandang sebagai dosa besar.

Rasulullah saw bersabda, "Allah mengharamkan surga bagi orang-orang yang suka melontarkan kata-kata buruk. Terkutuklah orang-orang yang suka mencaci-maki, tak punya rasa malu, dan tak mengenal sopan santun, dan mereka akan dicegah dari masuk surga...." (Al Hadist)

Jika kebiasaan pergaulan di rumah diajarkan dengan kata yang santun dan lemah lembut. kemungkinan besar anak akan membawa pergaulan itu ke luar rumah.

Oleh karena itu mari kita jaga lidah kita dari perkataan buruk dan kotor agar tak tertular pada anak-anak kita, saudara, keluarga, dan tetangga kita. Aamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun