Seperti senjata makan tuan akhirnya. Pada saat anak mengucapkan kata itu kepada saya, "Mama lebay ah!" jadi teriris juga perasaan ini. Apalagi jika yang terucap dahulu itu kata-kata kotor.
Pada saat ketika masih kecil mereka diajari untuk memanggil saudara dengan sebutan kakak-adik maka hingga mereka besar pun kebiasaan itu tetap jadi sebutan. Apabila sebutan yang digunakan adalah panggilan nama maka panggilan nama pun akan melekat pada sebutan mereka satu sama lain.
Pasti akan sangat santun ketika yang muda memanggil 'kakak' pada yang lebih tua. Sementara yang lebih tua memanggil 'adik' pada yang lebih muda.
Jika kebiasaan tersebut telah mendarah daging, pada saat mereka bermain dengan teman-teman sebaya mereka pun, kadang sebutan kakak-adik masih ikut terbawa. Dan sungguh nikmat didengarnya.
Badingkan saja jika mereka menggunakan sebutan buruk. Memanggil teman-temannnya dengan kata buruk. Pasti telinga pendengarnya akan terasa risi.
Sejak semula tugas orangtua adalah memberikan contoh kelembutan pada anak-anaknya dalam hal sebutan. Tak ada salahnya memanggil kakak, atau adik untuk memberikan contoh pada saudaranya.
Bila kemudian mendapati anak keceplosan mengucapkan kata buruk, cara terbaik adalah mengoreksi anak dengan lembut seraya menjelaskan kepadanya tentang pengaruh buruk melontarkan kata-kata tidak senonoh.
Dalam Islam diajarkan bahwa Allah mengharamkan orang yang melontarkan kata-kata buruk dan dipandang sebagai dosa besar.
Rasulullah saw bersabda, "Allah mengharamkan surga bagi orang-orang yang suka melontarkan kata-kata buruk. Terkutuklah orang-orang yang suka mencaci-maki, tak punya rasa malu, dan tak mengenal sopan santun, dan mereka akan dicegah dari masuk surga...." (Al Hadist)
Jika kebiasaan pergaulan di rumah diajarkan dengan kata yang santun dan lemah lembut. kemungkinan besar anak akan membawa pergaulan itu ke luar rumah.
Oleh karena itu mari kita jaga lidah kita dari perkataan buruk dan kotor agar tak tertular pada anak-anak kita, saudara, keluarga, dan tetangga kita. Aamin.