Tentu saja tak akan ada keluarga yang bersih dari perbedaan pendapat dan pertengkaran di antara anggota keluarga.
Namun, bila orangtua berhati-hati dan memahami betul konsekuensi yang akan ditanggung ketika pertengkaran menjadi kebiasaan di dalam rumah tidak akan mempertontonkan pertengkaran dan perdebatan mereka di hadapan anak-anak.
Pada dasarnya, anak-anak merupakan manusia yang memiliki naluri untuk bertengkar dan berkelahi. Sebagai bentuk eksistensi diri. Kenyataannya, secara umum hiperaktif dan berkelahi dapat menjadi cara untuk mengeluarkan kelebihan energinya.
Bukankah lebih baik jika kelebihan energi mereka disalurkan kepada hal yang sangat positif. Menyayangi dan mengasihi saudara lebih baik dan istimewa daripada bertengkar dan berdebat, apalagi berkelah.
Orangtua harus benar-benar memperhatikan bahwa ketika anak-anak mereka bertengkar dan berkelahi jangan sampai melukai secara fisik dan merusak barang-barang di sekitarnya.
Walaupun kebiasaan berkelahi dan bertengkar anak-anak akan lenyap dengan sendirinya ketika mereka beranjak remaja dan dewasa. Tetap saja perlu diwaspadai kemungkinan dendam pertengkaran dan perkelahian saudara terbawa dan tertinggal hingga dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H