Katanya, sebagai sebuah strategi untuk menghidupkan kompetisi di antara anak-anak, beberapa orangtua mengungkapkan kelebihan salah seorang anaknya di bidang tertentu. Dan mengungkap juga anak lainnya di bidang lainnya.
Jadi pujian penghargaan tetap sama diberikan kepada semua anak. Dan menjaga perasaan mereka semua adalah sebuah keniscaan bagi orangtua.
Alasan paling penting lainnya bagi pertengkaran di antara anak-anak adalah harapan orangtua yang begitu tinggi terhadap anak-anaknya. Misalnya, anak menginginkan mainan saudaranya dan orangtua melarang.
Pada titik ini, orangtua ikut campur tangan pada urusan tetek bengek anak-anak mereka.
Oh iya, sepertinya semua kesalahan ditimpakan pada orangtua. Tapi apalah namanya anak, mereka akan belajar dari orangtua mereka. Karena di rumah hanya orangtua figur yang dijadikan contoh pertama kalinya.
Yang lebih parah adalah orangtua yang sering bertengkar di dalam rumah. Anak-anak akan meniru orangtua mereka.
Tatkala menyaksikan orangtua bertengkar, anak-anak tak berdosa ini akan menganggap bahwa bertengkar memang layak dilakukan untuk menang dan menguasai. Dan akhirnya jadi jalan hidup mereka.
Didorong oleh keinginan itulah makanya anak akhirnya akan mencari berbagai alasan untuk bertengkar dengan saudaranya. Kadang merebut mainan saudaranya hanya agar terjadi perebutan dan berbuntut pada pertengkaran saja. Padahal sejatinya dia tidak membutuhkan mainan itu.
Karena itu, orangtua yang bosan menyaksikan pertengkaran anak-anaknya sudah selayaknya bercermin dan membenahi diri sendiri.
Barulah setelah itu berusaha dengan keras memperbaiki kondisi yang ada dengan memusatkan perhatian pada anak-anaknya. Mengurangi pertengkaran di antara mereka dengan menumbuhkan kasih sayang sesama.