Sepertinya apes banget saya, pas membuka WhatsApp seorang teman curhat soal rasa takutnya. Begini ceritanya:
Aku ketika itu berumur lima tahun saat sedang bermain di halaman rumah sepupuku. Tiba-tiba, kami melihat sosok yang menakutkan. Ia memiliki kepala besar, mata bersinar, gigi yang panjang dan besar, pakaian hitam panjang, dan sepatu hitam besar di kakinya.
Ia muncul di halaman di tengah halaman rumah. Ia melontarkan suara-suara aneh dan bermaksud melahap kami. Kami pun berteriak dan lari menuju lorong gelap.
Dalam hati saya berkata, ada-ada saja orang ini. Namun, demi menghargai curhatannya. Aku baca saja. Sambil kadang aku tinggal ngetik artikel. He he he... Salahnya curhat soal mahluk mengerikan!
Lanjutnya, kami pun berteriak dan lari menuju loteng yang gelap. Aku mencengkeram dinding kuat-kuat, sehingga jari jemariku menjadi memar.
Akh! Jangan-jangan temanku ini sedang mengigau. Khayalan mungkin, atau mengarang cerita agar aku takut saja. Temanku memang tau kalau aku benar-benar penakut. Gila!
Aku lalu jatuh, katanya. Tak sadarkan diri karena ketakutan. Aku pun dibawa ke dokter agar sadar kembali.
Waduh! Benar-benar deh teman yang satu ini. Masak sampai begitu. Takut hingga tak sadarkan diri. Memang ada ya?
Lanjutnya, semenjak itu, untuk jangka waktu lama, aku terbiasa menyembunyikan diri dari sudut-sudut karena ketakutan, dan keributan sedikit saja dapat membuatku gelisah.
Bahkan sampai sekarang, katanya mudah sekali ketakutan dan tak dapat berkonsentrasi dalam setiap aktivitas. Baru kemudian aku mengetahui bahwa sosok tersebut adalah lelucon sepupuku lainnya. Ia menaruh pot yang telah dicat kepalanya untuk menakut-nakuti kami.
Benarkan! Dasar penakut. Se pendek pengetahuanku tak ada mahluk halus sejenis hantu atau jin yang begitu kelakuannya. Kalau hanya benda bergerak, sekelebatan, atau suara rintihan mungkin saja.