Kali ini, memang benar-benar menangis katanya diganggu oleh temannya. Maklum masih kelas VI SD, perempuan.
Saya tak sekonyong-konyong membela anak saya, namun lebih kepada bertanya apa sebabnya. Itulah sulitnya anak, jika pertanyaan yang kita berikan salah, maka anak akan menutup diri. Takut dipersalahkan.
Setelah dia bercerita panjang lebar. Barulah saya beri pengertian bahwa di dunia ini ada orang yang suka pada kita. Selain itu juga ada orang yang tidak suka. Apa pun yang kita lakukan.
Alhamdulillah, setelah mendapatkan pengertian, tangisannya reda. Kali ini saya tidak menyalahkan orang lain, juga anak saya.
Beda halnya ketika rasa sayang berlebih kemudian menyalahkan orang lain dan membela anak saya tanpa bertanya duduk permasalahannya. Kemungkinan besar suatu saat dia akan manja dan merasa selalu dibela oleh orangtua mereka. Maka jadilah dia anak yang mungkin saja akan nakal.
Anak yang dimanjakan orangtuanya, pada umumnya memiliki fisik yang lemah. Mereka terbiasa mencari bantuan orang lain dan tidak mandiri.
Kapan saja menemui kesulitan, mereka selalu berupaya melarikan diri darinya. Mereka tak berani menanggung tugas-tugas yang besar dan sulit.
Bila mendapati kesulitan, mereka segera mencari pertolongan orang lain tanpa mencoba menyelesaikannya sendiri.
Orang yang menerima asuhan melalui pemanjaan umumnya egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Karena kterbiasa menerima pujian-pujian semu di masa lalu. Mereka akan menanggung kepalsuan di kemudian hari.
Mereka tak mampu melihat kegagalan diri sendiri. Bahkan sebaliknya, kekurangan itu mereka anggap kelebihan mereka. Mereka bekerja dalam naungan kebanggaan semu, yang sebenarnya merupakan penyakit parah dalam psikologi.
Jadi bagi para orangtua, berhati-hatilah menyayangi dan mencintai anak anda. Yang berlebihan hingga mengakibatkan anak menjadi manja. Walau tidak tercela, akan berakibat buruk bagi kehidupannya di masa yang akan datang.