Mohon tunggu...
Cici Nofia
Cici Nofia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations

Mahasiswi Public Relations yang masih gagap namun tetap berusaha tegap menghadapi gelap dunia yang rasanya penuh gelak tawa bak panggung drama. Find me on instagram @cynof09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk Intip Tradisi Nyadran untuk Menyambut Bulan Ramadhan

20 Maret 2022   21:28 Diperbarui: 20 Maret 2022   21:29 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal dengan tradisi nya yang unik, kental dan kuat akan nuansa gotong royong kekeluargaan. Dari ujung sabang hingga merauke memiliki tradisi yang berbeda di setiap momentum waktunya.

Kali ini saya ingin mengangkat tradisi "Nyadran" , yang merupakan tradisi yang digelar oleh masyarakat Jawa Tengah khususnya dilakukan pada setiap bulan 10 bulan Rajab atau saat menjelang bulan Ramadhan yaitu bulan Sya'ban. Tradisi ini terdiri dari serangkaian acara syukuran / kenduri, ziarah dan membersihkan kuburan leluhur.

Tradisi Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, Sraddha yang artinya keyakinan. Bermula dari abad ke 15 para Walisongo mengakulturasi tradisi Hindhu-Buddha dengan dakwah Islam, dimana terletak pada keyakinan nyadran pada waktu itu sebagai bentuk sesembahan hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan Tuhan kemudian oleh Walisongo diselaraskan dengan pembacaan Ayat Suci Al Quran, tahlil dan doa doa.

Setiap rumah atau kepala keluarga bebas mengadakan acara di hari yang berbeda selama batas waktu yang berlangsung yaitu selama bulan Sya'ban tujuannya ialah agar masing masing keluarga dapat mempersiapkan sesuai kebutuhan dan jadwal mereka serta agar persiapan lebih khusyu untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Acara Kenduri yang berlangsung biasanya dilaksanakan dari siang hari atau sore selepas ashar atau bahkan selepas sholat maghrib dan isya tergantung dari ketersediaan waktu dari Kayim desa (Ustad yang biasa memimpin doa di acara desa / perangkat desa yang biasa menangani urusan keagamaan ) dan persiapan makanan kenduri dari masing masing keluarga.

Makanan yang disajikan terdiri dari berbagai lauk pauk

Sumber image : Dokumen pribadi
Sumber image : Dokumen pribadi
. Biasanya terdiri dari Nasi yang di penggel (dibentuk kerucut dengan bentuk dasar bulat), ayam goreng serundeng, mie / bihun goreng, sayur kentang dan cabai ijo, tahu dan tempe goreng, kecambah hijau, pete jengkol, peyek kedelai hitam, kerupuk merah khas nyadran, dan lain sebagainya.

Setelah serangkaian dihidangkan di atas karpet yang digelar kemudian tamu undangan yang biasanya terdiri dari para bapak bapak maupun laki laki yang sudah akil baligh melakukan doa bersama yang dipimpin oleh Kayim. Dilanjutkan dengan berbincang santai sambil menikmati hidangan dan sisa nya dibungkus dengan daun jati atau kertas minyak untuk dibawa ke rumah masing masing yang dikenal dengan istilah "berkat" yang menandakan harapan dan doa unutk mendapat berkah dan rahmat dari Yang Maha Kuasa setelah menghadiri kenduri dan doa bersama nyadran.

Selain acara kenduri di rumah juga biasanya dilanjutkan atau didahului dengan ziarah makan kakek-nenek, bapak-ibu, atau mbah mbah leluhurnya yang telah mendahului bertemu Sang Maha Kuasa. Di makam tersebut dilakukan doa bersama dan serangkaian kegiatan membersihkan makam mulai dari menyapu makam dari sampah sampah dan daun kering juga mencabut rumput rumput liar disekitar makam.

Acara kenduri atau tasyakuran nyadran ini bisa dilakukan secara mandiri per keluarga atau secara kolektif dari beberapa rumah yang bergabung misalnya 3-4 rumah jadi satu acara kenduri atau terkadang di beberapa wilayah juga dilakukan secara serentak satu wilayah disepakati dilakukan pada hari tertentu dan digelar di alun alun, rumah RT, taman umum, balai desa atau tempat berkumpul lainya.

Di daerah saya sendiri tepatnya di Desa Canduk Kabupaten Banyumas tahun tahun sebelumnya diadakan serentak satu RT dan dilaksanakan di rumah RT namun karena situasi pandemi covid 19 saat ini maka kebijakannya pun berubah menjadi mandiri dilakukan dirumah masing masing dengan batasan maksimal 7-8 orang tamu yang diundang dan pastinya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun