Mohon tunggu...
Cici Nofia
Cici Nofia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations

Mahasiswi Public Relations yang masih gagap namun tetap berusaha tegap menghadapi gelap dunia yang rasanya penuh gelak tawa bak panggung drama. Find me on instagram @cynof09

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dialektika Menjadi Orang Dewasa

22 Februari 2022   15:39 Diperbarui: 22 Februari 2022   15:45 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi dewasa memang tidak semudah mengucapkan kalimat "aku sudah dewasa" , menjadi dewasa tidak berdasarkan usia, tidak berdasarkan gelar, maupun fisiknya.

Menurut Hurlock (1993) yang dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri terhadap cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang telah diperolehnya.

Substansinya yaitu usia bukan penentu kedewasaan namun usia justru yang menuntut kedewasaan.
saat seorang manusia berusia 23 tahun memiliki pemikiran dan kebebasan berbeda dengan anak usia 13 tahun, semakin bertambah usia manusia bertambah pula tanggung jawab terhadap kebebasan yang diterima nya.

Saat ini saya menginjak usia 23 tahun, hidup selama 3 tahun belakangan ini terasa lebih sulit dan terasa lebih lama dibanding 20 tahun sebelumnya.

Seringkali saya bertanya, mengapa ini sulit sekali untuk saya lalui ? apakah ini jawaban dari Tuhan atas doaku untuk dijadikan hambaNya yang lebih baik ?

Belajar dari sifat sifat berlian, dimana ia akan semakin bernilai karena terus menjalani tekanan yang berat didalam inti bumi.

Berada di kedalaman 150-200 km, suhu rata rata 900-1300 derajat celcius, tekanan 45 hingga 60 kilobar (sekitar 50.000 kali tekanan atmosfer dipermukaan bumi) dapat dibayangkan bukan ? bagaimana berat nya hidup si Berlian ini.

 Begitupun manusia, tidak akan bernilai tanpa adanya ujian sebagai tekanan yang membuatnya semakin bernilai. Manusia harus merasakan kesulitannya untuk beradaptasi dilingkungan ini, dipermukaan bumi ini dengan berbagai kondisi yang bervariasi, tekanan tekanan yang berasal dari diri sendiri, sosial maupun lainnya.

Orang yang dewasa tidak akan membandingkan hidupnya dengan orang lain, karena kedewasaannya menuntut ia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya bukan terus membanding bandingkan dan terjun diri ke sifat rendah diri.

Bukan hal yang mudah untuk bertahan, begitu juga untuk mundur. Melihat teman yang sudah, wisuda, menikah, punya anak yang lucu, suami yang sayang sekali padanya, dan keluarga harmonis yang selalu terpampang di halaman sosial  media nya pasti membuat kita merasa sedikit kesal, kecewa, sedih, bahkan iri. Namun dunia saat ini bukan dunia yang bisa kita ketahui seluruhnya, yang terlihat di layar ponsel tidak selalu sama dengan kehidupan kenyataannya. Setiap manusia memiliki ujiannya, jika kita terus mengeluh dan iri terhadap orang lain kapan kita bisa melangkah dan menjadi "dia" selanjutnya ?

Usiaku saat itu masih 10 tahun ketika melihat kakak perempuan ku yang bisa bebas kemana saja dan melakukan apa saja, rasanya menyenangkan menjadi orang dewasa 20 tahunan ya

Namun ternyata saat saya berada di usia 20 tahunan ini saya malah ingin kembali ke masa anak anak dimana kekhawatiranku hanya sebatas "Semoga pulang sekolah ngga kelewatan buat nonton Si Bolang" dan kesedihanku sebatas "Ma aku diomelin pak guru gara gara ngga bawa baju olahraga" :)

Namun menjadi dewasa adalah keniscayaan, tidak dapat kupercepat, kuperlambat, kuhilangkan atau kualihkan ini seperti hak yang melekat pada tiap insan. Hak ku adalah menjadi dewasa dan kewajiban ku adalah menjalani nya dengan benar, bukan cepat. 

Bagaimana proses menuju dewasa mu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun