Tak henti mulut ini merapal mantra rindu
Berkomat kamit bahkan berteriak bak orang yang tak waras
Beradu argumen, bersilat lidah, beradu alibi
Jembatan tempat kita berdiri saat ini telah mengeropos
Dimakan keangkuhan masing masing
Anak papan di belakangku telah berlubang
Tak dapat ku berputar arah
Anak papan di depanku penuh paku dan beling
Tak dapat ku terus melaju
Waktu yang telah terlewati memang terasa begitu panjang
Yaa ...
Sangat panjang nan lama
Tak bisakah kau muncul dihadapanku saat ini
Dengan membawa seikat bunga lily dan kue bolu kesukaanku
Rinduku membuncah hingga meletus bak gunung berapi
Aku tak tau pada siapa aku luapkan rasa ini selain beradu mulut denganmu
Setelah pertengkaran hebat itu bahkan aku masih saja merindukanmu
Kesal, marah, benci, sedih, kecewa, semua bersatu membentuk rantai
Rantai rindu yang sendu
Hingga tak mampu ku berkata lagi
Bibirku terkunci, namun jantungku berdegup kencang
Dan hatiku mengomel dalam diam
Mataku memerah, dan mulai menitikkan air mata
Aku tak lagi sanggup menahannya
Ku tumpahkan tangis ini dalam rantai rindu yang sendu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H