Gruduududug Praak
Suara petir cetar membelah langit
Seluruh makhluk gemetar ketakutan
Siang hari bak malam tanpa ada cahaya
Sesekali hanya semburat petir lah yang menerangi siang nan gelap
Seragam putih biru ku basah diguyur hujan
Jari tanganku keriput
Badanku menggigil kedinginan
Ingin ku sudahi perjalanan panjang ini
Namun kaki ku selalu melangkah tanpa ragu
Ada kekuatan lain yang terus menarik langkah kaki kecil ku
Udara dingin bercampur dengan hujan yang terus menghujamku
Namun anehnya
Aku merasakan adrenalin ku yang terpacu
Seperti sebuah tantangan yang harus ku usaikan
Pukul satu siang selalu kutunggu ayahku muncul di persimpangan itu
Namun siang ini aku tak menunggu nya
Aku tak mengharapkannya
Justru aku berdoa agar beliau tetap dirumah menunggu ku pulang
Hatiku menari nari bersama angin yang menerpa ku
Tepat diujung jalanÂ
Kulihat mama berjalan ditengah hujan dengan payung abu abu nya
Pertama kali nya aku menyadari
Bahwa kasih ibu selalu ada bahkan di saat anak nya sibuk dengan dunia nya
Mama mengomeliku lebih garang dari hujan petir saat ini
Namun sekali lagi, anehnya
Aku menyukai nya
Aku bersyukur
Mama selalu ada dan menyayangiku dengan caranya
Kasih yang abadi, hanya ada pada mama
Badanku yang semula membeku berubah hangat karna genggaman tangan mama
Mama menggandengku dibawah payungnya
Mendekapku erat hingga pulang ke rumah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H