Pada kali ini penulis akan membahas tentang konflik sampit menurut konsep johan galtung dan dengan menggunakan teori interaksi menurut George Herbert Mead. disini level analisanya adalah Budaya dan identitas nasional Menurut Huntington ia mengatakan bahwasanya banyaknya konflik yang terjadi di dunia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dari budaya.Â
Konflik sampit adalah konflik yang terjadi antar suku etnis Dayak dan Madura yang terjadi pada bulan februari 2001. Konflik dapat terjadi karena adanya gangguan masyarakat. Faktor dari terganggunya hubungan masyarakat ini sangat bermacam-macam, misalnya adanya perbedaan kultur, etnis, agama, kelompok atau golongan, adanya status sosial ekonomi, kebijakan pemerintah dll.Â
Perselisihan Konflik Sampit telah dimulai ketika para pendatang tiba di Sampit khususnya dan Kalimantan Tengah uumnya. Suku Dayak yang telah mendiami daerah tersebut selama berabad-abad sedikit demi sedikit perlahan namun pasti, tersingkir dari tanah yang mereka duduki dan manfaatkan baik oleh kepentingan orang per orang maupun untuk kepentingan skala organisasi dan perusahaan, baik yang dilakukan dengan sukarela maupun yang dilakukan karena berbagai tekanan, himbauan maupun bujukan.
Adapun pohon konflik yang terjadi pada permasalahan ini: yang pertama yaitu pada akar pohon konfliknya yang terjadi karena adanya kesenjangan ekonomi, permasalahan sosial dan juga karena adanya permasalahan budaya dan politik.Â
Yang kedua yaitu pada batang pohon konfliknya yang terjadi karena adanya pertikaian antar etnis suku Dayak dan juga Madura, pertentangan para elite politik, ketidakadilan penyelenggaraan pemerintah, ketidak adilan penerapan dan penegakan hukum. Yang ketiga yaitu pada daun pohon konflik, didalam permasalahn ini adanya kasus pemerkosaan gadis Dayak, pembunuhan oleh orang Madura kepada orang Dayak.
Setelah membahas tentang pohon konflik diatas, maka dapat kita lihat bahwa level analisa yang diambil oleh penulis adalah budaya dan identitas nasional. Dimana konflik yang terjadi diatas dapat mempengaruhi sebuah identitas nasional. Tidak hanya identitas nasional saja tetapi juga akan mempengaruhi kebijakan pemerintahan Indonesia.Â
Khususnya dalam hal keamanan manusia. Level analisa kemudian diperjelas lagi dalam teorinya Ichsan Malik yaitu Dynamic Prevention of Conflict Prevention and Resolution. Dalam teori dicantumkan bahwasanya adanya tawaran resolusi konflik. Disini pemerintah memberikan peranan yang sangat penting dalam konflik antar etnis Dayak dan Madura.
Konsep: model analisa konsep yang digunakan untuk menganalisa konflik etnis Dayak dan Madura ini menggunakan konsep Johan galtung dan teori yang dipakai disini yaitu dengan menggunakan Teori Interaksi menurut George Herbert Mead. Terjadinya kontak sosial berlangsung dalam 3 bentuk. Yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok.Â
Johan Galtung sebagai begawan studi Perdamaian jauh-jauh hari telah menciptakan sebuah teori untuk memahami pola konflik yang terjadi. Pola konflik itu dikenal dengan nama segitiga konflik. Pada akhir tahun 1960-an Galtung mengajukan sebuah model konflik yang berpengaruh, meliputi konflik simetris atau pun konflik tidak simetris.Â
Dia menyatakan bahwa konflik dapat dilihat sebagai sebuah segitiga, dengan rincian: (C): Konteks/Kontradisi. (B): Sikap. (A): Perilaku. Di sini konteks atau kontradiksi merujuk pada dasar situasi konflik, termasuk "ketidakcocokan tujuan". Hal ini biasanya dirasakan oleh pihak yang bertikai, karena disebabkan oleh "ketidakcocokan antara nilai sosial dan struktur sosial" (Miall, 2000).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H