[caption id="attachment_209378" align="alignleft" width="300" caption="http://www.google.co.id/imglanding?q=narkotik%20overdosis&imgurl=http://media.vivanews.com "][/caption]
Lelakiku terbaring di sebelahku, tak terdengar dengkurnya. Bola mataku tak henti berkedip-kedip lesu, menatap langit-langit kamar yang telah suram didera waktu. Cat dinding ruangan mulai mengelupas, beberapa batu bata merah yang lembab juga mulai menyembul di beberapa tempat. Kadang bau lembabnya ruangan menyiutkan libidoku yang sudah memuncak dan sekonyong-konyong bagai menjatuhkan tubuhku ke dalam lubang yang dalam dan dingin hingga sulit bagiku untuk dapat mendakinya kembali. Perasaan dingin di balik kehangatan tubuh lelakiku.
Malam mulai di penghujung pagi. Darsono, lelaki pilihan yang telah menggauliku selama hampir delapan tahun pernikahan ini, bergeming. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, sebagian batinku serasa bersorak sorai. Seperti kembali ke waktu silam yang mengingatkanku pada masa kecil saat-saat di mana ayahku lebih sering pergi keluar rumah, yang bisa sampai seharian bahkan semalaman. Perasaan senang dan merdeka. Saat itu kami lebih memilih menahan lapar seharian ketimbang sepanjang hari tinggal bersama ayah di rumah yang kerjanya hanya memaki-makiku dan adik, karena ibu bekerja sebagai pembantu di rumah pak dokter. Seisi ruangan rumah petak kami tak pernah benar-benar bebas asap rokok dan aroma alkohol menyengat hidung kecilku.
Malam masih bergulat mempertahankan gelap. Penerangan mati semenjak sore tadi, biasa pemadaman listrik giliran. Nyala lampu minyak di meja dimain-mainkan angin yang silir-silir masuk melalui nako jendela, berhasil menangkap siluet sebentuk tubuh tambunnya. Aku tak bisa melihat pasti lekuk bola matanya, bagiku ia tampak terpejam.
Malam rupanya telah berhasil membelenggu bayangan serupa yang biasanya senantiasa meliuk-liuk di atas tubuh dan dadaku. Tapi kali ini tak ada erangan, tak ada makian, tak ada juga tamparan yang biasa nyasar di pipi atau bogem mentah di beberapa bagian tubuhku. Tak tercium bau alcohol, juga tidaak tercium bau parfum norak wanita murahan yang kadang masih tertinggal di tubuhnya. Bau parfum yang bercampur dengan keringat, yang baunya kerap kali terpaksa kuhirup juga. Malam ini, aku tidak menemukan apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H