Mohon tunggu...
Cici Dian Eviliya
Cici Dian Eviliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Seorang individu yang berkepribadian ISFP, suka akan hal-hal berbau seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Sering Dikira Pamer Tubuh, Ternyata Ini Usaha Penari untuk Melestarikan Budaya

7 Januari 2025   23:50 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:28 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penari Jawa, Sumber: Pinterest/Lintar Edo

Indonesia dikenal dengan negara seribu pulau. Tiap-tiap pulaunya memiliki ciri khas tersendiri yang terwujud dalam budaya masing-masing daerah. Salah satu budaya yang menjadi identitas daerah adalah tari tradisional. Dari seluruh wilayah indonesia, tercatat sekitar 3.000 tari tradisional yang dimiliki. Di antara angka tersebut, sebanyak 110 tarian telah terdaftar di UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Di era modernisasi ini, seni tradisional mulai kurang diminati masyarakat khususnya di kalangan remaja. Maraknya digitalisasi yang mengalihkan minat mereka ke seni modern, baik seni musik, karya sastra, pakaian, dan tari modern. Hal tersebut dikatakan wajar, karena dapat dengan mudah disebarluaskan dan diakses di berbagai media sosial.

Tari sebagai Ekspresi Budaya

Tari diciptakan sebagai bentuk ekpresi akan budaya daerah. Keunikan dan identitas khas suatu daerah dapat direfleksikan melalui gerak, kostum, dan properti dalam tari tradisional. Selain mencerminkan suatu daerah, tari tradisional juga menyimpan makna tertentu dan mengandung nilai-nilai yang mendalam. Tarian sering ditampilkan di acara-acara sakral seperti pernikahan atau upacara adat tertentu maupun di acara informal seperti wisuda dan penyambutan tamu.

Sebagai contoh Tari Mbatik Sarung Tengger, sebuah tarian yang mengilustrasikan proses pembuatan batik pada sarung. Tarian ini mencerminkan budaya Suku Tengger yang tinggal di dekat Gunung Bromo. Dalam kesehariannya, masyarakat Tengger memakai sarung sebagai alat pelindung diri dari suhu yang dingin.

Tari ini menggunakan properti berupa omprok berwujud panci dimana dalam membatik digunakan sebagai wadah untuk mencairkan lilin. Dan canting untuk menggambarkan pola batik.

Selain menunjukkan proses pembuatan batik, tari ini memiliki makna bahwa takdir setiap manusia sudah ditetapkan yang tersirat dalam lirik tembang "Tegese garise urip, wis ginaris". Namun, baik buruknya tergantung dari perbuatan manusia itu sendiri. Akankah perilakunya mengubah takdir yang buruk menjadi baik atau bahkan sebaliknya. Makna tersirat dalam lirik tembang selanjutnya yaitu "Olo becik manut lelakune".

Persepsi Publik yang Salah Kaprah

Tari tradisional merupakan salah satu seni tradisional yang kurang diminati saat ini. dalam konteks tertentu, kostum dan gerakan pada tari tradisional sering dianggap salah kaprah. Pandangan yang sering ditemui adalah tari tradisional dianggap sebagai ajang sensualitas Dimana para penari dicap memamerkan tubuhnya. Anggapan seperti itu muncul karena gerakan penari yang terkadang dianggap vulgar. Ditambah dengan kostum yang dikenakan cenderung ketat dan menampakkan lekuk tubuh.

Namun, pada dasarnya tarian diciptakan tidak untuk hal tersebut. Melainkan menyampaikan nilai-nilai yang berhubungan dengan budaya, sejarah, atau spiritualitas untuk diambil maknanya sebagai pembelajaran sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun