Mohon tunggu...
Cici Desri
Cici Desri Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Voice Over Talent | Mom Millenial Lifestyle Blogger

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Upaya Hemat Air Bersih dari Rumah untuk Dunia

28 Agustus 2019   08:05 Diperbarui: 29 Agustus 2019   10:30 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama setahun ini, saya memendam rasa yang tak nyaman dan selalu mengusik pikiran juga kenyamanan dalam beraktifitas sehari-hari. 

Sebagai ibu rumah tangga yang mengurus semua urusan rumah sendiri tanpa ART, pastinya saya sudah sangat terbiasa dengan urusan membersihkan rumah. 

Mulai dari memasak, mencuci pakaian, mencuci perabotan rumah tangga, mengepel, memandikan si kecil, menyiram tanaman dan lainnya.

Semua pekerjaan rumah yang saya lakukan sejak pagi hingga malam hari sangat bergantung dengan adanya air bersih. Setahun ini saya tinggal dirumah keluarga, di daerah Jakarta Timur, lokasi padat pemukiman yang dekat dengan area industri. Tepat didepan rumah kami terdapat tembok tinggi, yang mana batas antara pemukiman warga dengan salah satu pabrik pencetak kuda besi ternama.

Beruntunglah bagi mereka yang sudah menggunakan PAM Pemerintah, airnya lebih bersih daripada warga lain yang hanya mengandalkan air sumur bor. 

Selama ini saya bertahan dengan kondisi air yang bikin badan jadi lebih licin ketika mandi. Bahkan, jika saya menyimpan air dari kran didalam gayung atau ember seharian, malamnya dasar gayung atau ember tersebut langsung menghitam. 

Ya memang masih bisa dibersihkan, namun bukan itu yang membuat saya tidak nyaman, melainkan khawatir dengan kondisi air yang saya gunakan.

Jelas demi kesehatan, warga disini termasuk saya dan keluarga tidak bisa mengandalkan air sumur bor untuk dikonsumsi. Saya terpaksa harus membeli air isi ulang untuk minum dan memasak. 

Dalam sebulan sedikitnya saya menghabiskan 10-12 galon air bersih, sekitar Rp 250ribu pengeluaran untuk air bersih. Bagi masyarakat disini, ternyata bukan hal aneh, ini sudah terjadi selama berpuluh-puluh tahun. 

Contohnya, Ibu Evy (36 tahun) tetangga saya yang sudah tinggal selama lebih dari 20 tahun, sudah terbiasa dengan hal tersebut. Jadi bersyukurlah untuk ibu-ibu diluar sana yang masih bisa menggunakan air bersih dengan gratis.

Ternyata gak cuma soal air yang berbau dan licin, masalah lain muncul tahun ini ketika kemarau datang berkepanjangan. Sejak Januari hingga Agustus 2019, belum ada hujan sama sekali. 

Cadangan air bersih pun menipis, air sumur bor juga sepertinya mulai berkurang karena kondisi air yang dihasilkan semakin gak bagus, makin berbau dan mudah menghitam. Bahkan, saya sempat mengalami kesulitan mencari air isi ulang.

Artinya, masalah saya semakin bertambah. Sudah harus menyisihkan uang untuk beli air bersih, sekarang meskipun saya punya uang, ternyata gak berguna juga kalau air bersih sulit dibeli.

Saya kemudian berpikir, bukan gimana caranya membeli air bersih tapi gimana caranya menyelamatkan air bersih ini. Kadang saya merasa putus asa, karena gak mungkin banget lah masalah air di Jakarta, ya katakan di Kelurahan tempat saya tinggal, bisa segera teratasi jika hanya satu rumah yang mulai sadar hemat air. 

Secara luas, saya sedih meihat perilaku orang-orang di pusat perbelanjaan yang sering meninggalkan kran air dalam kondisi menyala, mencuci baju dan perabotan rumah tangga dengan air berlebihan, apalagi menggunakan air bersih untuk menyiram jalan tengah hari bolong. Pernah menemukan yang seperti ini?

Tapi terus terang, ini hanya menjadi kesedihan saya saja, saya gak bisa interupsi karena mungkin gak semua orang merasakan hal serupa. 

Dulu saya pun begitu, masih seenaknya menggunakan air. Tahun ini saya putuskan mata rantai penggunan air berlebihan, paling ngga pensiun satu orang yang menyia-nyiakan air bersih di tahun 2019.

Dampak penyalahgunaan air bisa berimbas pada kerusakan lingkungan dan kelangkaan air. Eksploitasi air tanah yang disedot pompa air dalam jangka panjang dan terus menerus dalam jumlah banyak bisa mempengaruhi ketersediaan air. Bahkan kondisi tanah akan buruk jika tidak dibarengi dengan penyerapan kembali air kedalam tanah.

Belum lagi limbah dan sampah plastik yang sulit didaur ulang, sebagian terkubur didalam tanah, sisanya ada di sungai yang semakin memperburuk kondisi air bersih. 

Jadi gak heran jika semakin bertambah usia bumi, justru malah semakin banyak masalah yang muncul sebab kita sendiri yang tidak bisa merawat bumi dan alam sekitar.

hemat air bersih (Sumber: freepik.com)
hemat air bersih (Sumber: freepik.com)
Semua kebaikan berawal dari rumah. Oleh sebab itu, sebelum saya mengajak orang lain, saya melakukan penghematan air bersih mulai dari diri sendiri dan keluarga. Adapun beberapa hal yang saya lakukan selama ini yaitu:
  • Perbaiki pola mandi sehari dua kali dengan menggunakan shower yang mampu menghemat air hingga 65%. Jika tidak memungkinkan gunakan bak penampung atau ember.

  • Secara gak sadar, kita sering membiarkan kran westafle menyala saat menggosok gigi. Matikan kran saat tidak menggunakan air atau pakai gelas untuk berkumur.

  • Kumpulkan pakain kotor hingga mesin cuci penuh. Saya pribadi biasanya mencuci pakaian sebanyak dua kali seminggu. Gunakan detergent yang mudah larut air dan mudah dibilas sehingga bisa menghemat penggunaan air bersih.

  • Menggunakan air di baskom atau ember kecil untuk membilas piring dan alat dapur setelah menggunakan sabun. Biasanya saya bersihkan terlebih dahulu sisa makanan dan lemak yang menempel dengan sedikit air, lalu bersihkan dengan sabun dan bilas di baskom pertama, lalu bilas di baskom kedua untuk menghilangkan busa dan bau sabun yang masih tertinggal. 

  • Air bekas bilasan bisa digunakan untuk membersihkan sisa makanan yang nyangkut di area atau tempat mencuci piring.

  • Memanfaatkan air tampungan untuk menyiram tanaman. Misalnya air tampungan wudlu, air tampungan mencuci beras, buah dan sayur.

    Bahkan air tampungan yang masih jernih seperti bekas wudlu dan tetesan kondensasi AC bisa digunakan untuk membersihkan jendela, mencuci sepeda dan sandal anak, menyiram tanaman, mengepel dan lainnya.

  • Perbaiki kebocoran pipa dan kran.

  • Kurangi penggunaan plastik. Penggunaan plastik ini PR banget untuk saya pribadi, karena godaannya cukup berat. Saat pergi belanja, setiap pedagang masih membungkus dengan plastik, baik itu bahan makanan maupun makan siap saji.

    Hingga saat ini saya masih dalam tahap mengurangi belum berhenti menggunakan plastic, dengan cara membawa bekal minum sendiri, menggunakan stainless straw, membeli bahan makanan dan kebutuhan dapur refill, membawa tas atau keranjang saat belanja ke pasar bahkan ke super market.

Saya berharap dengan hal sederhana yang saya lakukan bisa sedikit menyelamatkan lingkungan paling tidak anak-cucu kita tidak kita wairsi air mata sebab rusaknya alam. 

Jika tidak segera kita mulai, bukan hal yang tidak mungkin apa yang saya rasakan saat ini di kota besar, juga akan dirasakan oleh masyarakat yang ada di daerah. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergi dari kita semua untuk melestarikan alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun