Nama: Cicely Alvina
NPM: 6082201198
Kelas: EB
Kuliah Umum Pendidikan Pancasila: "Peluang dan Tantangan Pemilu 2024 di Era Digital"
Pada hari Selasa, 25 Juli 2023, Universitas Katolik Parahyangan mengadakan kuliah umum Pendidikan Pancasila mengenai "Peluang dan Tantangan Pemilu 2024 di Era Digital", dengan narasumber Dr. Adiyana Slamet selaku ketua  Komisi Penyiaran Indonesia-Jawa Barat.
Dalam kuliah umum, Pak Adiyana menekankan bahwa saat ini, media sosial menjadi pusat dari seluruh aktivitas manusia, termasuk dalam kegiatan berpolitik. Hal tersebut merupakan pengaruh dari revolusi industri  4.0 era digital yang bertumpu pada big data dan AI (kecerdasan buatan). Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan pada generasi milenial di Jawa Barat yang menghasilkan temuan bahwa, generasi milenial menggunakan media sosial untuk mencari informasi mengenai calon gubernur, dengan melihat unggahan para calon di media sosial dengan hanya melihat bahasa dan penampilan yang ditampilkan oleh calon gubernur dalam foto dan video yang diunggah. Sehingga, informasi seperti visi dari para calon tidak diperhitungkan dan hal tersebut menjadi masalah.
Selain itu, media sosial pun menjadi salah satu variabel penting yang dapat memberikan pengaruh negatif dalam Pemilu. Seperti yang terjadi pada tahun 2014-2019. Di mana, terjadi tarung Twitter pada Pemilu di Amerika Serikat, yang mana Donald Trump unggul dan terpilih menjadi Presiden AS karena hoax yang beredar di Twitter. Seiring dengan perkembangan jaman, di tahun 2024, dimungkinkan AI menjadi variabel yang penting dalam Pemilu.Â
Dewasa ini, memang, politik terkesan sebagai virtual reality, bukan sebagai objective reality. Karena, banyak politisi yang menggunakan media sosial dalam membangun citra politik yang berlebihan. Akan tetapi, media sosial tetap memiliki pengaruh positif bagi kegiatan politik, yaitu sebagai democratising of access dan democratising on content.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, kegiatan di media sosial menjadi penting untuk diawasi. Hal ini dikarenakan, media sosial menjadi pusat untuk menyebarkan hoax dengan sangat cepat. Hoax tersebut seringkali bersinggungan mengenai hoax untuk memenangkan Pemilu dan hoax yang menyebabkan disintegrasi bangsa. Sehingga, memang, disrupsi informasi tersebut menjadi tantangan politik digital yang menyebabkan, disinformasi, misinformasi, dan malinformasi. Salah satu alat untuk menyebarkan disrupsi informasi tersebut adalah dengan menggunakan tentara siber. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa negara telah mengetatkan cyber security mereka.
Penyimpangan penggunaan media sosial pun dapat menjadi variabel dalam menentukan tingkat atau indeks kerawanan Pemilu di tahun 2024, dengan Jawa Barat memiliki tingkat kerawanan yang tinggi sehingga perlu dilakukan antisipasi oleh berbagai pihak. Selain itu, indeks kerawanan Pemilu berkaitan dengan rasio gini. Semakin buruk rasio gini, maka semakin rawan Pemilu di daerah tersebut. Serta semakin tinggi tingkat pengangguran terbuka, maka semakin rawan Pemilu di daerah tersebut.
Di Jawa Barat sendiri, pemilih di Pemilu 2024 akan didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z. Berdasarkan fakta tersebut, tentunya perlu dilakukan upaya dan antisipasi yang bercermin dari indeks kerawanan Pemilu Jawa Barat yang tinggi, dengan memperhatikan penggunaan media sosial. Karena, generasi milenial dan generasi Z merupakan generasi yang sangat dekat dengan media sosial. Dengan cara menerapkan kiat-kiat dalam ber-media sosial seperti kritis, melaporkan jika ada hoax, klarifikasi, membaca informasi secara keseluruhan, anti hoax, dan melibatkan peran keluarga untuk mengantisipasi hoax. Disisi lain, diperlukan pemahaman mendalam dan penerapan dari konsensus bernegara (UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, dan Visi Negara Pancasila) dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai kesimpulan, dewasa ini media sosial mempengaruhi kegiatan berpolitik, termasuk dalam kegiatan Pemilu. Media sosial sering kali menjadi pusat dari penyebaran hoax yang dapat menjadi penyebab disintegrasi bangsa. Selain itu, diperlukan perhatian yang khusus di daerah Jawa Barat dan daerah lainnya yang memiliki indeks kerawanan Pemilu 2024 yang tinggi, juga dengan memperhatikan dan mengantisipasi penggunaan media sosial termasuk AI karena pemilih dalam Pemilu 2024 mayoritas generasi milenial dan generasi Z yang sangat dekat dengan teknologi dan media sosial. Selain itu, di akhir sesi kuliah umum, Pak Adiyana menyampaikan pesan bahwa sebagai anak muda, kita tidak boleh buta politik. Sebagai generasi muda kita tetap harus peka dan terlibat secara aktif dalam kegiatan berpolitik secara positif.Â