Mohon tunggu...
Rama Nuansa
Rama Nuansa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Wa: 082137191548, (civil, cakap, jurnalism, terpercaya, independent)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Korban Tak Berani untuk Bersuara?

28 Februari 2020   23:29 Diperbarui: 28 Februari 2020   23:37 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal ini, kita sering melihat mengenai yang mengaku menjadi korban namun semua itu ikut menyuarakan. Padahal semua bisa menjadi korban dan pelaku dalam kasus yang terjadi. Entah itu kasus pelecehan seksual, pembullyan, dan semacamnya. Hal ini nampak menarik dikarenakan ada beberapa yang perlu di ingat bahwa dengan menglorifikasi kasus yang terjadi (hanya untuk kepentingan) akan memuat bungkam untuk para korban. Berangkat dari itu semua, ada yang perlu di lihat dalam hal ini. Dari desas desus pelecehan seksual yang terjadi pada kampus putih yang menerba pesona untuk di kritik. Kenapa demikian? jikalau memang kasus tersebut terjadi di saat sebelum fenomena yang terlebur dalam udara. 

Pasti akan tetap bersuara, walaupun di saat momentum saat ini. Penulis menilai ada yang perlu di perlihatkan dengan kasus pelecehan seksual terjadi di kampus putih UIN Sunan Kalijaga. Karena Bertepatan dengan pemilihan rektor kasus pelecehan seksual di kuakkan di udarakan kemana-mana dari Instagram, whattsap, twitter, dengan latar belakangi srikandi Uin Sunan kalijaga. 

kalau memang kasus tersebut telah terjadi seharusnya sudah terdengar sebelum 6 semester yang penulis rasakan. Tapi kenapa? selama 6 semester kuliah di UIN Sunan kalijaga belum mengudara. Apa maksud dari akun yang mengudarakan kasus desas desus tersebut. Apa hal ini dapat dimaksudkan untuk memenangkan salah satu pihak rektor, entahlah penulis merasakan ketidakwajaran di desas desus tersebut.

Apa iya sih korban memberanikan mencertikan kepada teman sekampusnya? kurasa untuk menceritakan itu adalah hal yang berat. Kenapa demikian? korban dari pelecehan seksual kebanyakan akan mengalami phobia serta trauma yang berat. Untuk dapat berkuliah saja akan terganggu, apalagi sampai untuk mencertikan kisah kelam korban kepada teman satu kampusnya. Hal ini merupakan tidak masuk akal, kecuali cuman pelecehan yang bersifat verba. Namun tidak menutup kemungkinan jikalau korban memberanikan diri untuk menceritakan hal tersenut?. Dengan cara mengaku sebagai korban akan nampak deritaan yang terjadi. wkwkwkwk lucu bukan di negri kampus tirani.

Kenapa tidak membantu korban? bukan dengan meviralkan kasusnya? mungkin membantu berat di hati pihak yang memviralkan kasus pelecehan seksual di UIN Sunan Kalijaga. Lebih baik meviralkan desas desus tersebut dibandingkan untuk membantu korban. Layaknya anak zaman sekarang untuk menolong sesama akan terasa sulit. Namun dengan konten yang dibuat tentu akan mendapatkan fee yang di dapat dari pembuat konten. Lantas apa bedanya dengan para youtuber? tak ada bedanyakan. Bukankah kalau memang niat untuk membantu dengan tidak untuk mengudarakan kasus tersebut kan bisa?. 

Untuk menakuti para pelaku predator seksual? oke dipahami menurut penulis dengan membuat kabar berita yang di tulis akan membuat  tertawaan bagi para pelaku. kenapa demikian? apa iya dengan meviralkan kasus tersebut dapat membuat pelaku tertangkap? tentu tidak kan. Malahan untuk memoleskan kasus tersebut pelaku akan secara diam diam dan berhati hati dalam menjalankan kasusnya. Penulis berharap jika memang betul untuk membantu para korban tak perlu membuat desas desus sehingga mendapat perhatiaan bahwa pihak tersebut membantu para korban. 

Para korban tatak berani bersuara kurasa tidak? para korban akan mengalami untuk bersuara di bandingkan pihak yang mengudarakan kasus tersebut. Rasa ingin untuk sembuh akan lebih besar dari pada menemukan para pelaku. Ketika para korban sudah benar-benar pulih, korban akan melakukan bagaimana caranya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama ke para calon korban selanjutnya. 

Cobalah untuk membantu korban tanpa memanfaatkan sedikit dari korban. Perlu adanya stigma yang baru di munculkan mengenai seks itu apa. bagaimana seks itu dapat di lakukan, caranya, menangani nya. Seks bukan hal yang tabuh, dengan memberikan pendidikan tentang seks maka akan mengurangi kasus pelecehan tersebut. Baik untuk para laki-laki dan wanita yang bisa saja menjadi korban dan pelaku. Ya, tidak menyalahkan sih stigma mengenai pendidikan mengenai seks di kampus islam itu tidak boleh dilakukan. Tapi apa salahnya mencoba untuk memberikan pengertian tentang seks.

 Kurasa pendidikan mengenai seks akan lebih elegan dibandingkan meviralkan kasus tersebut. Penyuluhan mengenai pendidikam bagi keluarga menjadi sangat penting di lakukan. Dengan kita mengenal seks kita akan mengetahui menangani dan melakukan yang secara tepat dan sah. Bukankah kampus islam tentu lebih melek mengenai kesahan mengenai seks. 

Memberikan pendidikan berupa tentang rumah tangga, seks dan lain-lainnya akan membuka akal pikiran dan hati. Memang untuk menjadi manusia nyatanya sulit tapi lebih sulit lagi ketika kita tak mencoba. pesan dari penulis "lakukan gertakan dan gebrakan yang tepat, bukan dengan memanfaatkan desas desus tersebut.

civil cakap jurnalism terpercaya independent (cicakjumping)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun