Mohon tunggu...
Deny S Pamudji
Deny S Pamudji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Saya menulis karena saya terus berpikir. Senang mengamati dan belajar. Fotografi, gitar, dan beladiri, tidak bisa lepas dari diri saya. Indonesia is The BEST.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok & Keadilan

25 Mei 2017   07:54 Diperbarui: 25 Mei 2017   09:15 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika relawan Ahok dan juga yang disebut Ahoker berjuang menangguhkan penahanan atas dirinya, tiba-tiba dikejutkan dengan berita Ahok mencabut permohonan bandingnya.  Suatu yang anti klimaks terjadi.  Padahal beberapa hari sebelumnya penuh aksi pasang lilin baik di kota-kota di Indonesia, maupun di beberapa kota di belahan dunia lain. (bukan 'dunia lain' ya!)

Ada beberapa alasan mengapa Ahok mencabut bandingnya, salah satunya kekuatiran akan adanya benturan di masyarakat dengan kegiatan para relawan dan ahoker.  Apalagi sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadan.  Sungguh Ahok luar biasa.  Di dalam situasi dirinya diperlakukan dengan tidak adil, dia masih sempat memikirkan apa yang baik bagi masyarakat.

Keadilan? Sila ke-5 dari Pancasila, apakah masih bisa diharapkan di NKRI tercinta ini?!  Di saat Pilkada, kita melihat di mana ada ketimpangan terjadi.  Ketua KPU ternyata pendukung dari gerakan massa anti Ahok.  Dan kita semua diam saja.  Pada saat Pilkada juga, banyak spanduk sara ditebar di masjid-masjid.  Ketua Dewan Masjid dan kita semua diam saja.  Ketika massa demo dengan teriakan menghujat, kita semua diam saja.  Seolah-olah kita taat akan aturan bahwa hak masyarakat untuk berdemo.  Tapi betulkah demo dengan menghujat dan bahkan memberikan ancaman-ancaman tertentu.  Terakhir ketika Ahok langsung dijebloskan penjara dan penangguhan tahanannya lama diproses, lagi-lagi kita semua diam.

Saya heran di mana penegak keadilan berada di NKRI ini?  Di mana tokoh-tokoh yang menyuarakan HAM?  Di mana politisi yang jago-joga bicara itu berada?  Untuk seorang Ahok, semua rakyat Indonesia, seolah seia sekata.  Ya, tangkap saja Ahok.  Biang kerok semua kericuhan di Indonesia.  Cuman, betulkah Ahok biangnya?  Mengapa orang yang berprestasi, jujur, anti korupsi dan yang membangun tatanan anti korupsi di Jakarta dibilang biang kericuhan?  Apakah tidak terbalik kita berpikir?  

Saya heran ternyata pemerintah pun tidak bisa bertindak apa-apa.  Suatu langkah kelemahan.  Ahok dipaksa menjadi terdakwa karena massa.  Jadi jika pemerintah sekarang tidak bisa mengatasi massa, maka jangan heran, jika suatu waktu pemerintah dijatuhkan juga karena massa.  Tinggal tunggu saat yang tepat saja.  Suatu keadilan bukanlah karena dikendalikan massa.  Keadilan yang hakiki itu mahal, tapi kita perlu jalankan.

Pembiaran demo dengan hujatan-hujatan itu pun telah menjadi kelemahan.  Penangkapan terduga makar tanpa ada proses kelanjutannya telah membuat kita bertanya juga.  Apakah betul ini merupakan bagian dari makar atau suatu rekayasa?  Panjang sekali jika kita bicara soal ini.  Yang jelas, sekarang jika kita diam, maka kita telah membiarkan adanya ketidakadilan.  Ahok boleh jadi menarik banding.  Ahok boleh jadi menerima hukumannya.  Tapi itu bukanlah keadilan karena kita tahu bahwa penistaan tidak terbukti dan hakim menentukan diluar dari tuduhan jaksa (Apakah ini bukan ketidakadilan?)

Ahok tetap Ahok.  Penjara tidak akan membuat dirinya menjadi pecundang.  Penjara justeru membuat Ahok menjadi gemilang dan malah semakin dikagumi.  Salam untukmu Ahok dan saya menantikan pembebasan khusus atas dirimu.  Saya akan lihat keadilan itu berdasarkan perlakuan atas dirimu.  Jika untuk Ahok yang telah melakukan untuk negara saja bisa diperlakukan seperti itu, apalagi untuk saya.  Tidak ada nilai dan apa bisa saya mendapat keadilan?  Mustahil.

Jayalah NKRI dan sejahteralah rakyatnya.  Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun