Mohon tunggu...
Suci Novia
Suci Novia Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merokok dan Remaja: Memahami Risiko Kesehatan, Dampak Sosial, dan Upaya Pencegahan Melalui Edukasi yang Efektif

14 Juli 2024   13:20 Diperbarui: 14 Juli 2024   13:30 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologi, kognitif, dan sosial emosional. Remaja bisa berbeda beda, menurut pandangan WHO (world Health Organization) bahwa definisi dari remaja dikemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial-ekonomi(Isroani, 2023).

Masa remaja termasuk masa yang sangat menarik karena karakteristiknya yang unik dalam masyarakat dewasa dan peranannya yang penting dalam kehidupan. Jika diperlakukan seperti orang dewasa, remaja awal dan pertengahan tidak menunjukkan kedewasaan, Ini adalah masa yang sangat sensitif bagi penyesuaian fisik, intelektual, emosional, sosial, moral, dan agama terhadap perubahan. Pada tahap awal perkembangan pubertas, remaja masih bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya dan  masih takut dengan perubahan fisik dan psikisnya sendiri, namun pada tahap pertengahan masa remaja, remaja biasanya sudah terbiasa dengan keadaannya dan mulai mengalami perubahan(Suryana et al., 2022).

Dikemukakan (Dinkes, 2022) ternyata Indonesia menduduki perokok terbanyak di posisi ketiga setelah India dan China. Prevalensi  perokok aktif di kalangan remaja Indonesia  sebesar 18,8% (GYTS 2019) namun meningkat menjadi 22,04% (BPS, 2022). Permasalahan risiko penyakit akibat merokok tidak hanya terjadi pada perokok aktif, namun juga pada perokok pasif. Menurut Survei Tembakau Remaja Global  (GYTS) tahun 2019, 57,8% remaja terpapar asap tembakau di rumah dan 67,2% remaja terpapar asap tembakau di tempat umum (Kemenkes, 2023).

Prevalensi perokok aktif terus menerus meningkat di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang dilakukan Kementrian Kesehatan (Kemenkes), bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dimana 7,4% dianataranya berusia antara 10 hingga 18 Tahun. Kelompok dengan peningkatan jumlah perokok terbesar adalah anak-anak dan remaja.

Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019, prevalensi merokk pada anak sekolah usia 13 hingga 15 tahun meningkat dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019). Sedangkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukan kelompok umur 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbesar (56,5%), lalu disusul dengan kelompok umur 10-14 tahun (18,4%), (Kemenkes, 2024).

Tembakau merupakan  faktor risiko utama beberapa penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian. Sekitar 225.700 orang meninggal karena merokok dan penyakit terkait tembakau lainnya di Indonesia setiap tahunnya. Angka-angka tersebut tentu sangat memprihatinkan. Paparan tembakau pada usia dini tidak hanya menyebabkan merokok seumur hidup tetapi juga berkontribusi terhadap terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular (PTM) kronis seperti penyakit jantung, penyakit  pernapasan kronis, diabetes, dan kanker di usia dewasa (WHO, 2020).

Hal ini menunjukkan bahwa merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Selain dari aspek kesehatan, merokok juga mempengaruhi kepribadian perokok itu sendiri. Biasanya remaja usia sekolah dasar sudah terbiasa merokok. Menurut mereka, orang yang tidak merokok  dianggap tidak mudah bergaul. Terlalu banyak anak usia sekolah yang merokok di luar sekolah sambil mengenakan seragam. Mereka tidak peduli dengan dampak merokok, padahal banyak iklan yang melarangnya. Untuk itu, sekolah perlu melaksanakan kampanye anti rokok  sejak dini (Mahyar Suara et al., 2020). Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda terus terpapar pada penggunaan tembakau dan iklan tembakau dengan pesan-pesan yang dirancang secara cerdik dan halus yang mendorong generasi muda menjadi kecanduan tembakau dan nikotin.

Bagi remaja rokok sangat berbahaya karena dampak buruk yang akan terjadi pada kesehatan fisik dan psikologis. Beberapa alasan terkait mengenai mengapa rokok berbahaya bagi remaja menurut (Tivany Ramadhani et al., 2023) sebagai berikut :

  • Dampak Kesehatan : Remaja yang merokok berisiko lebih tinggi  mengalami beberapa masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, penurunan fungsi paru-paru, peningkatan risiko penyakit jantung, dan peningkatan risiko  kanker, karena organ tubuh  masih dalam tahap tumbuh kembang, rokok dapat mengganggu proses tersebut.
  • Ketergantungan Nikotin : Remaja cenderung lebih rentan akan mengalami kecanduan nikotin karena otaknya masih dalam tahap perkembangan. Nikotin, zat adiktif yang terdapat pada rokok, dapat dengan cepat menyebabkan ketergantungan fisik dan mental yang sulit dihentikan.
  • Pengaruh Perilaku : Pada usia muda sudah merokok dapat menjadi kebiasaan buruk lainnya. Remaja yang merokok lebih besar kemungkinannya untuk melakukan perilaku berisiko lainnya, seperti konsumsi alkohol, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku berisiko lainnya.
  • Dampak Sosial : Kebiasaan merokok  remaja dapat mempengaruhi hubungan sosialnya.Seiring dengan perubahan norma sosial seputar merokok, remaja yang tidak merokok mungkin merasa terisolasi atau tertekan oleh tekanan  teman sebaya terkait merokok.
  • Rendahnya Prestasi Akademik : Merokok juga telah dikaitkan dengan kinerja akademis yang lebih rendah. Remaja yang merokok cenderung mengalami masalah konsentrasi sehingga dapat mempengaruhi prestasi akademiknya.

Karena dampak negatif yang signifikan ini, pentingnya untuk mendidik generasi muda tentang bahaya merokok dan mendorong bagaimana gaya hidup sehat dan bebas rokok sejak saat masih usia muda. Di Indonesia, pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009  yang memuat peraturan mengenai kawasan tanpa rokok. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar menjadi salah satu tujuan pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Upaya pencegahan, pendidikan, dan dukungan sosial dapat membantu remaja untuk menghindari kebiasaan merokok. Beberapa hal yang membuat rokok sangat berbahaya bagi kesehatan para remaja sebagai berikut :

  • Rentan Terhadap Ketergantungan : Saat masi remaja, otak masih dalam tahap perkembangan yang sangatpenting. Fase ini mereka sangat rentan pada ketergantungan niktoin. Dalam rokok terdapat nikotin yang dengan cepat dapat menimbulkan ketergantungan,
  • Dampak Kesehatan : Remaja yang merokok berisiko mengalami banyak dampak kesehatan yang serius, karena sistem pernapasan  masih berkembang,  merokok di usia muda dapat menghambat pertumbuhan paru-paru dan memicu penyakit pernapasan seperti asma dan infeksi paru-paru. Selain itu, risiko penyakit jantung, kanker, dan berbagai penyakit lain yang berhubungan dengan merokok meningkat secara signifikan.
  • Pengaruh Lingkungan : Remaja yang merokok berisiko mengalami banyak masalah kesehatan yang serius karena sistem pernafasannya masih dalam tahap perkembangan. Merokok pada usia muda dapat menghambat pertumbuhan paru-paru dan memicu penyakit pernafasan seperti asma dan infeksi paru-paru. Selain itu, risiko penyakit jantung, kanker, dan berbagai penyakit lain yang berhubungan dengan merokok meningkat secara signifikan.
  • Persepsi Positif : Persepsi bahwa merokok memberikan rasa kedewasaan atau kesejukan mungkin menjadi faktor pendorong remaja untuk mencoba merokok. Selain itu, kehadiran iklan yang menggambarkan merokok sebagai gaya hidup yang menarik juga dapat mempengaruhi sikap remaja terhadap perilaku merokok.
  • Tekanan sebaya dan sosial : Di kalangan remaja, terdapat tekanan kuat dari teman sebaya mengenai merokok. Anda mungkin merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut atau merasa tersisih jika Anda tidak merokok seperti  teman-teman Anda.

Mengingat besarnya dan beragamnya dampak perilaku merokok terhadap remaja, penurunan prevalensi merokok di kalangan remaja dapat dicapai melalui pendidikan, dukungan sosial, peraturan merokok yang ketat, dan upaya untuk mendorong gaya hidup sehat bebas rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun