Mohon tunggu...
Sintia Rahayaan
Sintia Rahayaan Mohon Tunggu... Jurnalis - Aktivis

Memperpanjang nafas kehidupan dengan mengabdikan diri pada tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tual Krisis Pemimpin Berwibawa, Nilai Luhur Nen Dit Sakmas Tergores

3 Desember 2024   01:23 Diperbarui: 3 Desember 2024   02:43 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Moralitas menjadi hal fundamental dalam diri setiap orang, khusunya pejabat publik atau mereka yg di pilih dan di percaya oleh orang banyak untuk menjadi nahkoda yang dapat mengantarkan rakyat pada dermaga kesejahtaraan, kedamaian, danm cinta.

Sebab jaminan kualitas kehidupan masyarakat di tentukan berdasarkan kebijaksanaan pemimpin, serta berwibawa suatu bangsa/ masyarakat tergantung pada adab dan moralitas yang di tontonkan pada pemimpin tersebut. 

Hingga dewasa ini, kota tual atau tanat evav nyaris kehilangan salah satu nilai luhur dari indentisnya sebagai bangsa beradab yang menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan, serta mempertahankan hak ulayat yang menjadi pemberian leluhur. 

Berkaca dalam cerita sejarah, kota yang di gangang gangangkan bagian dari negri para raja-raja , bertekad melindungi martabat perempuan yang menjadi perwujudan Nen Dit Sakmas . serta berkeyakinan bahwa pemberian leluhur berupa tanah merupakan salah satu sumber investasi jangka panjang, oleh karenanya dua konteks ini menjadi menarik dan seksi dalam pembahasan  setiap manusia yang mendiami kota tual dan berindentitas kei, di tandai dengan garis keturunan.

Namun belakangan ini justru nyaris terlihat secara kasat mata pelecehan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan secara bengis. Yang notabenenya perempuan lah menjadi target dan di vonis sebagai korban. Hampir bisa di bilang perempuan kei tak bisa mendapat tempat aman untuk berlindung jika harga dirinya sudah tidak seistimewa yang tersirat dalam arsipak sejarah 

Tragisnya ketika tindakan tersebut di contohakn oleh pemimpin daerah, bahkan tampa rasa malu sedikitpun yang terselip di sanubarinya sebagai anak kandung ibu pertiwi yang memanifestasikan diri dalam istilah kei di sebut dengan Nen Dit Sakmas. 

Baru-baru ini publik di bikin heboh oleh kasus mantan bupati maluku tenggara, Thaher Hanubun yang merupakan pelaku pemerkosaan padahal masih menjabat sebagai bupati aktif, dan kasusnya berhenti di tengah jalan tanpa ada penjelasan akurat yang mencerahkan masyarakat, dan sudah barang tentu terindikasi adanya tendensi dari dirinya yang kalah itu mempunyai uang dan juga kuasa, sehingga dengan mudah mengotak atik taktik guna memberhentikan kasus tersebut. 

Terhitung sebelum menjadi bupati. TH ini juga sudah beberapa kali bertarung dalam kontestasi pilkada bupati maluku tenggara, walaupun berulang kali juga ia di kalahlan oleh lawannya, hingga akhirnya semesta memberikanya kesempatan untuk menduduki tahta bupati maluku tenggara yang berujung di sanding kasus pemerkosaan.

Lebih parah lagi,orang yang sama pada pilkada ini kembali mencalonkan diri sebagai bupati dengan tidak tau malu telah mencederai martabat salah satu perempuan, alih alihnya dirinya  kembali percaya diri bisa memikat hari rakyat. 

Entah apa yang di pikirkan dan orang lain pikirkan, namun yang harus di luruskan dari pikiran kita bahwa, seseorang yang secara terang terangan telah memperkosa nilai adat larvul ngabal dengan perintah melindungi harga diri Semua Nen Dit Sakmas yang menjelamakan dirinya pada tubuh perempuan Khusunya orang kei. Tak pantas serta tidak layak di contohkan bahkan mencontohkan diri nya sebagai pemimpin dalam etnis yang menjunjung tinggi nilai luhur 

Lar Vul Ngabal akan menjadi cerita roman dalam arsipan sejarah, dan menjadi tidak berwibawah apabila di kendalikan oleh pemimpin yang rusak moralitasnya, mati empatinya terhadap rakyat khususnya gender yang lemah secara fisik, dan hilang akal sehatnya ketika menjadi penguasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun