Di mulai dengan semoga, dan menantiasa mengharapakn tersemogakan.
Pilkada menjadi pertarungan sengit era ini, khusunya di provinsi Papua Barat Daya.
Pada saat yang sama menginggalkan kejanggalan serta tak sedikit banyaknya kekecewaan pun di lafaz nya.Â
Bahkan praktek culas di pertontonkan secara terang terangan, mulai dari manipulasi surat suara hingga politik uang( Money Politik)Â
Politik indonesia secara umum, dan  Papua Barat Daya secara khusus masih terbilang primitif bahkan prakteknya masih terlalu prematur, hal demikian bisa di lihat ketika isu substansi di tenggelamkan dan praktek politik uang di legalkan, bahayanya. keculasan ini dinormalisasikan oleh orang dari semua sektor, baik akademisi, aktivis, sampai masyarakat awam sekalipun.Â
Dan sejatinya yang menyumbang degradasi elektoral hari- hari ini sebetulkan mereka yang menamakan dirinya sebagai orang terlelajar, atau halusnya orang- orang yang mempunyai pengetahuan serta menyadari hal tersebut merupakan kesalahan.Â
Dewasa ini, bahkan di sampaikan secara gamblang tanpa rasa malu akan keinginan untuk menormalkan politik uang berasal dari desakaan kebutuhan, hingga alih alih ada yang mengtakan bahwa
" kita membutukan uang untuk kebutuhan kita, sebab ketika wakil- wakil ini menduduki posisinya, belum tentu memberikan kita uang dengan cuma-cuma seperti ini."
maka dengan lapang hati dan kekecewaan penuh penulis sampaikan, Wecome to Malapetaka Usai Pemilu Kada.
Ketika kejahatan di normalkan dengan mengatasnamakan kebutuhan, ketika ketimpangan di diamkan, dan ketika kehancurkan nyaris terlihat di depan mata mala di anggap biasa saja.
Kembali ke topik, besar harapan penulis sampaikan, semoga hasil akhir dari pilkada ini tidak menciptakan mala petaka, dan juga semoga semua pihak bisa legowo menerima hasil resmi dari KPU berdasarkan hasil rekapitulasi suara resmi, di menangkan oleh kandidat tertentu.
Besar kemungkinan akan terjadi dua kejadian usai pemilihan ini;
Ketika KPU PBD mengumumkan hasil resmi berdasarkan perolehan lapangan  dan menetapkan kemenangan tidak di raih oleh paslon yang sedari awal di tentang oleh Majelis Rakyat Papua (MRP), maka sedikit banyaknya menyumbang kondusifitas kota, namun bila terjadi sebaliknya, maka besar kemungkinan akan terjadi lautan darah hingga bakar-bakaran fasilitas umum pun bisa terjadiÂ
Hal tersebut bisa di lihat sedari awal pencolonan, Â opini-opini tersebut sudah berkembang di kalangan akar rumput bahkan sempat ada provokasi dari kalangan atas untuk melakukan aksi tersebut.Â
Hal ini bisa di lihat secara kasat mata, indikasi kehancurkan akan terjadi dan harapan terakhir bergantung pada keputusan resmi yang di umumkan oleh KPU
Maka tak heran jika penulis berkata bahwa, kenyamanan dan keamanan kehidupan masyarakat beberapa pekan kedepan di tentukan oleh hasil resmi yang di umukan oleh Komisi Pemilihan Umum khusunya Provinsi Papua Barat Daya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H