Pada Senin malam, 26 Agustus 2024, Semarang menjadi saksi bentrokan yang terjadi antara aparat kepolisian dan massa demonstran yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM). Demonstrasi yang awalnya bertujuan mengawal proses PKPU Pilkada di depan Gedung DPRD Kota Semarang itu berakhir dengan kekacauan, menyebabkan 32 orang ditahan oleh Polrestabes Semarang.
Kronologi berawal sejak massa memutuskan untuk memindah titik aksi dikarenakan Tindakan berlebihan yang dilakukan oleh apparat dengan mengerahkan lebih dari 1.000 personel serta menutup hampir seluruh jalur evakuasi.
Massa aksi kemudian memilih bergeser ke depan kantor DPRD Kota Semarang (Balai Kota). Sekitar 1.000 orang mulai berkumpul di lokasi tersebut sekitar pukul 13.30 WIB. Aparat kepolisian segera mengamankan area dengan berjaga ketat di pintu masuk kawasan Balai Kota, menunjukkan kesiapan mereka untuk menghadapi potensi kerusuhan.
Menjelang pukul 16.00 WIB, ketegangan meningkat saat massa aksi mencoba memasuki area Balai Kota Semarang. Namun, upaya ini segera dihadang oleh aparat kepolisian yang bersiaga. Penghadangan tersebut dilakukan dengan tindakan represif, yang memicu bentrokan antara massa aksi dan aparat kepolisian.
Pada pukul 18.00 WIB, aparat kepolisian mulai memberikan ultimatum kepada massa aksi untuk membubarkan diri, dengan alasan bahwa waktu yang diizinkan untuk melakukan aksi sudah melebihi batas. Ketika massa tetap berupaya mendorong masuk, beberapa insiden kekerasan terjadi. Aparat dilaporkan menggunakan kekuatan fisik, termasuk memukul massa yang berada di barisan depan. Akibatnya, sekitar delapan orang mengalami luka di kepala, diduga karena terkena pentungan dari pihak kepolisian.
Di tengah ketegangan, tindakan represif dari pihak kepolisian mencuat pada pukul 18.30 ketika mereka menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa, yang sayangnya juga mengenai warga sipil yang tak bersalah. Peristiwa ini semakin menjadi perhatian publik setelah beredar foto dan video di media sosial yang menunjukkan anak-anak yang tengah menuju tempat pengajian turut menjadi korban dari insiden tersebut.
Akun @aingriwehuy di media sosial X mengunggah foto yang memperlihatkan sejumlah anak-anak yang sedang berada di dalam masjid menutupi area hidung dan mulut karena terkena gas air mata
"Kondisi ketika anak-anak TPQ yang mau ngaji juga terkena Gas Air Mata Di Semarang. Ini berlebihan banget aparat seenaknya gunain Gas Air Mata, ini anak mau ngaji loh," tulis akun tersebut.
Dalam video yang tersebar di media sosial, tampak jelas anak-anak mengalami kesakitan hebat di sekitar mata akibat gas air mata. Mereka terlihat meringis dan menangis karena rasa perih yang intens.
Para mahasiswa yang berada di lokasi segera memberikan pertolongan pertama dengan mengoleskan pasta gigi di area bawah mata anak-anak, sebuah langkah darurat untuk meredakan efek gas air mata. Sekitar 17 anak-anak dilaporkan terkena dampak langsung dari gas air mata yang ditembakkan oleh aparat.