Setelah ditinggal Maudy, Mandala langsung mengambil rokoknya dan berjalan menuju lift dan menuju lantai paling atas. Ia memilih tempat yang sejuk dan menyalakan rokoknya.
Drrrrrrrrr…..
Ponsel Mandala bergetar. Tertera foto Angela di layar ponselnya.
“shit!”
“halooooo……lagi ngapain honey?” suara Angela yang centil di ujung sana membuat Mandala ilfil mendengarnya.
“ada apa?”
“kok judes sich?jangan lupa yah…Kania sepupumu ngundang kita di ultahnya. Bawa pasangan masing-masing. Kamu bawa aku kan?”
“aku bawa pacarku.”
Mandala mematikan ponselnya. Kalau ia tidak langsung mengnonaktivekan nomor itu, bisa-bisa Angela meneleponnya setiap saat.
BAM!!!
Mandala kaget dengan suara pintu yang dibanting. Ia melihat Maudy dan kemudian menjelak-jelekkannya. Saat ia melangkahkan kaki ingin menghampiri wanita itu, langkahnya langsung terhenti saat wanita itu menjawab telepon masuk dari ponselnya.
“ya…aku tidak apa-apa. Kamu bagaimana? Aku harus menunggu lagi? Aku capek… malam ini? Kamu yakin? Baiklah… aku akan siapkan yang kamu suka. Ya… aku juga sayang kamu. Bye…”
Maudy menangis sambil berjongkok dan memegang dada kiri bagian atas. Mandala panik, ia berpikir kalau Maudy mempunyai penyakit jantung.
“kamu tidak apa-apa?”
Maudy kaget mendengar suara Mandala.
“ternyata kamu yang kena cipratan mobil saya, kemudian kamu membalas saya dan mengatai saya sok ganteng??? Saya memang ganteng, kok!” ucap Mandala sambil bercanda. Maudy bergegas meninggalkan tempat itu.
***
Bel rumah Lia berbunyi berkali-kali. Lia yang sedang sibuk mencuci piring pun terganggu dengan suara bel. Pintu pun dibuka, Lia sudah menduga tidak ada tamu yang datang ke rumahnya dengan memijit bel berkali-kali atau ketukan pintu yang diketuk sampai pintu dibuka kalau bukan ulah sahabat karibnya, Maudy. Wajah Maudy kusut seperti tissue bekas lap knalpot motor. Lia membiarkan sahabatnya duduk di ruang tamu sendiri dan ia membuatkan minuman untuk sahabatnya.
“kali ini kamu lebih kusut.np?”
“yang aku cerita kemarin pria yang nyiram aku pake genangan air itu ternyata kepala direksi baru yang gantiin pak Bondan!”
“hah???jadi? kamu kena masalah donk!”
“masih mending. Tadi aku keluarin kesalku ke dia dengan menjerit di atap kantor seperti biasa. Eh… ternyata dia ada disana!”
“hahahaha…”
“kok ketawa sih???”
“ya iya lah…kamu juga yang aneh…”
“aneh gimana?”
“kok gak kamu ajak saja dia ngomong baik-baik. Kalau gak salah aku dengar orangnya masih muda ya?”
“kira-kira yah seumuran Roy. Lebih tua dari Ricky.”
“omong-omong, gantengan dia atau Ricky?”
“Ricky memang gak ganteng…menangan si Mandala.”
“oh…namanya Mandala toh!”
Maudy menganggukan kepalanya.
“jadi Ricky masih sama dengan wanita itu?”
Maudy mengangguk lagi.
“kamu tuh lihat apa sih dari Ricky? Orang gak bertanggung jawab, malah mendua lagi! Kamunya aja yang mau diduain!”
“aku yang hadir di antara mereka. Aku yakin perasaan Ricky padaku berbeda dengan perasaan dia ke wanita itu.”
“dimana-mana juga orang pasti lebih sayang sama istri ke dua daripada yang pertama donk! Kamu itu gimana sih!”
“ya. Aku yakin dia mencintaiku. Mereka hanya saling mengisi kekosongan. Sebelum aku hadir mengisi hatinya. Aku ingin bersamanya… aku yakin kita pasti bersama.”
“jangan terlalu yakin. Sudah. Aku capek membahas soal ini.”
“sudah berapa bulan?”
“minggu depan sudah masuk delapan bulan.”
“Ryan mana? Kok gak Nampak?”
“hari ini kan hari rabu. Dia ada di rumah mertuaku.”
“tommy gak datang cari Ryan?”
“mana ada waktu dia mencari anaknya. Yang dia tau hanya merebut Ryan.”
Pikiran Maudy kembali ke delapan tahun yang lalu dimana ia masih memakai seragam putih abu-abu. Ia bersahabat dengan Lia, Shanty dan Mel. Pertengahan ajaran sebelum mereka harus menghadapi ujian kelulusan, Lia mengaku hamil. Anak yang di kandungnya adalah hasil dari Hubungannya dengan Tommy yang lebih tua enam tahun darinya. Ibunya sangat menyukai Tommy. Tommy memiliki perusahaan warisan dari ayah dan ibunya. Karena ibunya menganggap Tommy mapan, ia mempercayakan segalanya pada Tommy. Sampai tumbuh janin yang ada di perut Lia, mau tidak mau Lia harus berhenti bersekolah. Dan untungnya Tommy mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Saat Ryan lahir semuanya masih baik-baik saja, sampai perusahaan Ryan bangkrut karena krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada saat pemerintahan orde baru, sikap Tommy berubah derastis. Ia sering memukul Lia. Karena takut pada ancaman Tommy kalau pria itu akan memisahkan Lia pada bayinya, dan takut menjadi janda di usia yang masih muda. Tapi kekerasan itu diketahui sahabat-sahabatnya. Lia kemudian mengikuti saran sahabatnya untuk melakukan visum dan melaporkan Tommy pada pihak berwajib. Surat perceraian dilayangkan dan ia mendapatkan hak anak dan juga menjadi orang tua tunggal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H