Mohon tunggu...
Nana Chyintia
Nana Chyintia Mohon Tunggu... -

Namaku Chyintia Ratna Sari. Kelahiran Lampung, 23 Febuari 199*. Aku masih baru di dalam dunia kepenulisan, dan masih sangat amatir. Puisi event Kenangan "Musim Dingin Tertinggal Kenangan" Puisi "Mimpi Seorang Perantau" dalam buku kumpulan Antologi puisi penerbit Sabana Pustaka adalah puisi pertamaku yang di bukukan. contact me, fb Chyintia Ratna Sari cemoutdharyus@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bersyukur Demi Hidupmu

22 Juli 2016   21:03 Diperbarui: 22 Juli 2016   21:07 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(untuk takdir dan nasibmu)

Oleh: Nana Chyintia (dalam sebuah Testimoni)

Jika kalian masih bertanya kenapa dilahirkan? Kenapa terlahir dari keluarga miskin?, tidak seperti mereka yang kaya sejak lahir?, maka bersyukurlah bahwa tuhan sedang mengujimu, tepatnya imanmu. Tuhan tidak melihat kalian lahir membawa apa, namun Dia melihat kalian mati berbekal apa. Siapa pun di dunia ini sudah dikehendaki lahir dari keluarga seperti apa, itu semua adalah takdir Tuhan yang telah tertulis di lauhul mahfudz. Persis seperti engkau bersuku apa? Tidak seorangpun yang mampu meminta dilahirkan dari suku atau kelompok atau bahkan ibu yang mana. Jangan menyalahkan diri kita terlahir miskin, tapi suatu kebodohan jika kita meninggal dalam keadaan miskin. Bersyukurlah kalian masih bisa menikmati karunia Tuhan yang tiada batas dan takkan terhitung, seperti halnya mengenyam pendidikan seberapapun tingkatannya yang engkau ampu masih bisa merasakan bangku sekolah maupun hal lainnya.

Kenapa takdir tidak adil? Memaknai kata ‘Takdir’ bahwa: Takdir dan nasib itu tidak sama. Takdir itu suatu ketetapan dari Tuhan. Dan, nasib adalah hasil manusia. Awalnya aku juga sering menyalahkan takdir, kenapa takdirku terlahir miskin dan tidak sekolah tinggi. Apa aku terlahir untuk bodoh dan miskin.

Pada saat itu aku menginjak SMA, tapi orang tuaku tidak mengizinkan aku sekolah. Banyak alasan dibalik itu, karena mahalnya harga pendidikan, mahalnya harga buku, dan perekonomian keluarga yang sangat kurang. Aku marah, aku menyalahkan takdir tidak adil. Namun aku bersyukur masih bisa merasakan sekolah walau sampai jenjang SMP. Berhari-hari aku menangis, berhari-hari pula aku termenung ‘akan jadi apa aku ini tanpa ilmu’. Mungkin Tuhan menuliskan nasibku sebagai orang miskin dan bodoh, namun aku sangat percaya Tuhan memberiku waktu untuk merubah nasibku untuk tidak miskin dan bodoh.

Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi dari rumah dalam usia belia 17 tahun (merantau). Aku singgah disatu negara yang jauh. Aku patut bersyukur, karena mendapatkan boss yang sangat baik. Aku mengutarakan niatku untuk sekolah paket C setara SMA dalam sistem online, dan bosku mengiyakan. Aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk belajar.

Dalam kehidupan manusia yang bersifat mutlak tidak dapat ditolak dan harus bisa diterima dengan ikhlas oleh manusia yang merupakan pemberiaan dari Tuhan itu yang disebut TAKDIR. Banyak yang memahami konsep nasib sama dengan takdir, yaitu ketentuan Tuhan yang sudah terjatah. Padahal sejak lahir sesungguhnya Tuhan telah memberikan potensi pada diri kita.

Maka mulailah hidup dengan bersyukur, karena nikmat syukur tidak bisa terbayarkan dengan nilai apapun. Dari kisah yang aku tuliskan di atas, bisa kita pahami bahwa kita di lahirkan untuk berjuang. Berjuang melawan nasib yang tidak ditentukan jatahnya, ada hikmah dibalik kejadian yang kita syukuri. Hikmah itu berbuah nikmat, percayalah dengan hidup penuh syukur maka nikmat-nikmatnya terus mengalir.

“Ilmu itu bagai emas, dan harta bagai besi yang mudah berkarat”

“Mari menabung ilmu agar hidupmu penuh pengetahuan”

“Hidup dengan bersyukur agar hidupmu bahagia”

Seperti nikmat yang Tuhan lebihkan ke kalian, kalian bisa sekolah dengan nyaman, bisa belajar tanpa memikirkan beban, bahkan bisa hidup bebas bagai capung menerbangkan sayapnya. Bersyukurlah untuk hidup yang Tuhan berikan jatah lebih untuk kalian, manfaatkan jatah itu dengan baik, sebaik-baiknya. Nasib, keberuntungan, akan memihak dengan orang-orang yang mensyukuri hidupnya.

Semua orang, setiap orang pasti menginginkan takdir dan nasib yang baik. Terlahir kaya dan sebagainya, tapi mereka tidak berfikir bahwa Tuhan sudah memberikan yang terbaik. Berjuanglah, belajar, bersyukur, dan biarkan Tuhan yang menentukan akhirnya.

Jangan pernah beranggapan bahwa belajar akan sia-sia ataupun tidak ada gunanya. “Saya tidak sekolah, buat apa saya belajar” Ilmumu adalah cermin kehidupanmu dan dunia bagi anakmu kelak. Jadi belajarlah walau kau tak sekolah.

“Hidup memang terkadang tidak adil, namun kita berhak mengadili hidup dengan baik”

“Dengan kesungguhan, perkara yang sulit akan mudah terpecahkan, dan dengan kesungguhan pula, pintu terkuncipun akan mudah terbuka”

Taiwan, 20 Juli 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun