Mohon tunggu...
Christianus Hadi Winjaya
Christianus Hadi Winjaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengaduk kopi

Suka senyum-senyum sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lamunan Kecil tentang Rindu

21 Juni 2019   08:04 Diperbarui: 21 Juni 2019   08:39 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu sang matahari nampak bersemangat sekali dalam menunaikan tugasnya. Entah, mungkin suasana hatinya sedang baik. Tentunya hal ini membuat makhluk-makhluk yang ada di bawah merasakan panasnya. Tak terkecuali juga bagi pejuang-pejuang jalanan di Kota Pahlawan. Terlihat begitu kucel. Beraromakan parfum campur keringat.

Namun berbeda dengan seorang pemuda yang dari pagi sudah nongkrong di warung kopi. Tidak merasa kepanasan. Tetap sejuk baginya. Warkop tempatnya terlihat biasa saja. Tidak terlalu besar. Tapi tetap terasa sejuk. Dua batang pohon rindang yang dengan setia berjaga di depan berhasil menghadang panas matahari.

Tempat favorit pemuda ini ada di belakang meja kasir. Tepat di bawah spiker aktif yang sejak pagi sudah mengalunkan lagu-lagu pop indie masa kini. Duduk bersandar kulkas yang berada tepat dibelakang punggungnya, sambil sesekali bersenandung mengikuti nyanyian spiker aktif itu. 

Diangguk-anggukkan kepalanya sesuai irama musik. Berulang kali kagiatan itu dilakukannya. Pemuda ini bukan hanya nongkrong, tapi dialah yang pagi ini bertugas menjaga warkop.

Saat pemuda itu asyik mendendangkan lagu sambil meminum sedikit demi sedikit kopi hitam yang sudah dingin dari pagi tadi, berhentilah pengendara bebek tua berwarna hitam dan sudah pudar. Ada juga seorang anak laki-laki duduk diboncengannya. Diparkirkan bebek tua itu dan masuk ke warkop.

"Jahe hangat satu, jangan terlalu panas ya, Mas, di luar sudah panas. Tambah susu coklat satu juga ya." Pesannya pada penjaga warkop.

"Dikasih es batu yang banyak, yang kecil-kecil. Biar bisa dimakan." Sahut anak yang perawakannya kecil dengan seragam batik sekolah yang sedikit kebesaran.

"Siap, Bos Kecil." Timpal penjaga warkop sambil tersenyum lebar.

Penjaga warkop pun langsung membuatkan pesanan mereka. Tak perlu menunggu terlalu lama, pesanan sudah diantar.

"Terimakasih" ucap anak kecil itu. Manis.
Penjaga warkop kembali menuju tempat favoritnya. Meja kasir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun