Lebaran Idul Fitri menjadi momen suci menuju pribadi yang lebih fitrah. Hari raya Idul Fitri adalah hari berbahagianya umat muslim di seluruh dunia karena menjadi puncak kemenangan setelah menahan hawa nafsu selama satu bulan, yaitu puasa Ramadhan. Namun terkadang bagi sebagian orang, Idul Fitri menjadi momen yang mengharukan karena kerabat yang sudah meninggal tidak dapat ikut serta merayakan. Oleh sebab itu, masyarakat Magelang sebelum lebaran mengadakan tradisi mengunjungi ke makam orang-orang yang telah berpulang untuk mengenang dan mendoakan sebelum Idul Fitri tiba
Nyadran merupakan warisan tradisi masyarakat Jawa terutama di pedesaan dengan membersihkan makam. Istilah nyadran berasal dari kata sadran yang berarti ruwah syakban dalam bahasa jawa. Kegiatan ini biasa dilakukan menjelang bulan Ramadhan di daerah Magelang. Nyadran berasal dari tradisi Hindu-Budha yang melakukan pemujaan roh. Para Walisongo menyelaraskan hal tersebut dengan ajaran islam yaitu dengan mengisinya dengan ayat-ayat suci Al-Quran, tahlil, dan doa. Hal ini dimaknai sebagai suatu hubungan antara leluhur, sesame manusia, dan Tuhan.
Nyadran dilakukan menjelang bulan Ramadhan oleh masyarakat di berbagai desa di Magelang. Hal hal yang dilakukan pada nyadran identik dengan membersihkan makam para leluhur serta mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia. Kemudian biasanya setiap masyarakat membuat sejumlah makanan atau biasa disebut ambengan yang dijejerkan di tanah lapang yang kemudian disantap secara bersamaan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI